Logo SitusEnergi
Sofyano : Cegah Pertalite Mengalir Ke Pertamini dan Pertabotol adalah Solusi Jitu Selamatkan Pertashop Sofyano : Cegah Pertalite Mengalir Ke Pertamini dan Pertabotol adalah Solusi Jitu Selamatkan Pertashop
Jakarta, situsenergi.com Pengamat Kebijakan Energi, Sofyano Zakaria menilai, solusi yang paling jitu untuk membuat pertashop tetap dicari pembeli bbm Pertamax 92 atau Pertamax “non... Sofyano : Cegah Pertalite Mengalir Ke Pertamini dan Pertabotol adalah Solusi Jitu Selamatkan Pertashop

Jakarta, situsenergi.com

Pengamat Kebijakan Energi, Sofyano Zakaria menilai, solusi yang paling jitu untuk membuat pertashop tetap dicari pembeli bbm Pertamax 92 atau Pertamax “non subsidi” adalah dengan mencegah Pertalite mengalir ke “Pertamini” dan “Pertabotol.”

“Ini sebetulnya hal yang lebih mungkin dilaksanakan oleh Pemerintah yakni Kementerian ESDM dan BPH Migas ketimbang mengusulkan Pertashop boleh jual Pertalite” , tambah Sofyano.

“Dengan segala daya yang ada , BBM Pertalite perlu dicegah agar tidak mengalir ke Pertamini dan Pertabotol. “Tapi usaha pencegahan ini jangan sampai belum apa-apa sudah dihembuskan bakal gagal dan ujung-ujungnya tidak akan berhasil dengan alasan pengusaha Pertamini dan Pertabotol akan bereaksi,” kata Sofyano di Jakarta, Jumat (22/9/2023).

Sofyano menegakan bahwa yang pantas dipertanyakan adalah siapa yang sebenarnya berwenang mengawasi dan menindak Pertamini dan Pertabotol, Itulah yang harus dijawab dengan tegas.

“Harus jelas juga posisi antara regulator, operator dan APH. Dan tidak saling lempar tanggung jawab ketika terbukti bahwa BBM Pertalite subsidi banyak beredar di Pertamini dan Pertabotol , ujarnya.

Menurut dia, dengan adanya Pertamini dan Pertabotol yang menjual Pertalite harga subsidi maka rakyat kecil tidak mau beli Pertamax non subsidi di Pertashop dan ini yang membuat pengusaha Pertashop gulung tikar.

BACA JUGA   Terpuruknya Harga Minyak Dunia, Pemerintah Harus Maksimalkan Sumbangan Sektor Hilir Pertamina

Menjadikan Pertashop sebagai SPBU mini sekalipun agar bisa menjual bbm bersubsidi adalah hal yang bertolak belakang dengan semangat awal melahirkan Pertashop , tambah Sofyano.

“Pertashop beda jauh beda dengan SPBU, misalnya saja soal tangki BBM di Pertashop maksimal hanya bisa tampung 1000 liter. Mendirikan SPBU perlu dilengkapi dengan dokumen AMDAL dan ini tidak pada Pertashop.

Soal Pertashop akhirnya tidak laku ketika berjualan Pertamax non Subsidi, adalah karena disparitas harga Pertamax 92 dengan Pertalite.

“Sebelum Pertamax 92 dibolehkan harganya naik mengikuti harga pasar sehingga selisihnya dengan harga Pertalite hanya sekitar Rp 1.000/liter, maka ketika itu jualan BBM Pertamax di Pertashop bisa laris dan minimal perhari bisa mencapai 700 liter hingga 900 liter Walau Pertashopnya dikepung Pertamini dan Pertabotol,” papar Sofyano lagi.

“Tapi ketika harga Pertamax 92 sudah di angka Rp 12.000/liter bahkan di angka Rp13.000, maka penjualan Pertamax 92 di Pertashop paling banyak 200 liter/hari. Akibatnya banyak Pertashop yang tutup dan gulung tikar,” sambubg Sofyano.

PIS

Lebih jauh ia mengatakan, bahwa pemikiran dasar dilahirkannya Pertashop adalah agar masyarakat terbiasa menggunakan BBM non subsidi dan RON tinggi dan ini harus dipertahankan.

“Jika Pertashop diperbolehkan jualan Pertalite , Akhirnya Pertashop malah akan membuat bengkaknya subsidi jika diperbolehkan jualan BBM subsidi ” pungkasnya.

Sebelumnya, Himpunan Pertashop Indonesia Merah Putih Indonesia (HPMPI) mengeluhkan lesunya bisnis penjualan lBBM yang dijalani. Pertashop yang berdiri di tengah-tengah masyarakat hanya diizinkan menjual Pertamax yang harganya lebih mahal karena termasuk golongan BBM nonsubsidi.

BACA JUGA   Angkutan Bahan Bakar Ke Daerah Terpencil Terganjal Peraturan Per Undang-Undangan.

Ketua Umum HPMPI Steven, mengatakan perjuangan anggotanya dalam mempertahankan bisnis ini sangat berat. Mereka bersaing dengan pedagang eceran BBM bersubsidi yang harganya lebih murah. Ironisnya, Pertashop yang merupakan usaha resmi dan berizin, tidak boleh menjual BBM bersubsidi, sedangkan pedagang eceran yang tidak resmi mudah mendapatkannya, dan bisa menetapkan harga sendiri, kata Steven usai Musyawarah Nasional (Munas) I HPMPI yang digelar di Jakarta. (SL)

No comments so far.

Be first to leave comment below.

Your email address will not be published. Required fields are marked *