Logo SitusEnergi
Dirjen Migas: Indonesia Tak Impor Migas dari Iran Dirjen Migas: Indonesia Tak Impor Migas dari Iran
Jakarta, situsenergi.com Kondisi global tengah berhadapan dengan ketegangan konflik antara Iran dengan Israel. Permusuhan terbaru antara Iran dan Israel dipicu serangan terhadap Konsulat Iran... Dirjen Migas: Indonesia Tak Impor Migas dari Iran

Jakarta, situsenergi.com

Kondisi global tengah berhadapan dengan ketegangan konflik antara Iran dengan Israel. Permusuhan terbaru antara Iran dan Israel dipicu serangan terhadap Konsulat Iran di Damaskus, Suriah pada 1 April lalu.

Iran kemudian melancarkan serangan balasan dengan menembakkan puluhan rudal balistik dan ratusan drone ke Israel pada Sabtu malam (13/4).
Namun menurut Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji, Indonesia tidak mengimpor minyak dan gas dari Iran.

“Tapi kita tidak impor migas dari Iran. Walaupun kita sudah menjalin kerja sama dengan mereka, tetapi tidak mudah untuk melakukan implementasi,” ujar Tutuka dalam webinar bertajuk, “Ngobrol Seru Dampak Konflik Iran-Israel ke Ekonomi RI” yang digelar oleh Eisenhower Fellowships Indonesia Alumni Chapter yang dipantau, Senin (15/4).

Menurut Tutuka, Pertamina lebih banyak mengimpor BBM apabila dibandingkan dengan minyak mentah. Sumber utama impor BBM Pertamina, kata dia, berasal dari Singapura (56,58 persen), Malaysia (26,75 persen), dan India (6,28 persen).

“Sedangkan, untuk sumber utama impor LPG berasal dari Amerika Serikat, Uni Emirat Arab, dan Qatar,” ungkapnya.

Terkait dengan impor minyak mentah, Tutuka mengatakan bahwa Indonesia mengimpor dari Arab Saudi dan Nigeria.

“Jadi, kalau dari Arab Saudi tentunya berpengaruh, ya. Itu yang sekarang sedang disimulasikan oleh Pertamina, berbagai macam cara untuk mengantisipasi kondisi kalau terjadi eskalasi berlanjut,” kata Tutuka.

Sementara Indonesia menyatakan keprihatinan atas eskalasi situasi keamanan di Timur Tengah dan menyerukan agar Iran dan Israel menahan diri.

“Indonesia mendesak Dewan Keamanan PBB segera bertindak untuk menurunkan ketegangan dan terus berupaya menciptakan perdamaian di Timur Tengah,” kata Kementerian Luar Negeri RI melalui media sosial X pada Minggu (14/4) malam.

Adapun sejumlah dampak yang disoroti adalah prediksi  peningkatan harga minyak mencapai 100 dolar AS per barel. Berdasarkan data Kementerian ESDM, ICP per 12 April 2024 sebesar 89,51 dolar AS per barel.(Ert/SL)

BACA JUGA   Ini Rekomendasi Forum SC GCRG Sikapi Krisis Energi - Pangan

No comments so far.

Be first to leave comment below.

Your email address will not be published. Required fields are marked *