Pertamina: Penyesuaian Harga BBM PSO Berpotensi Ganggu Kinerja Keuangan
ENERGI January 23, 2018 Editor SitusEnergi 0
Jakarta, situsenergy.com
Pemerintah berencana menyesuaikan harga bahan bakar minyak (BBM) untuk pelayanan masyarakat (public service obligation/PSO) pada pertengahan Maret mendatang.
Menanggapi hal ini, Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina, Muhammad Iskandar mengatakan, pihaknya pasrah dengan keputusan tersebut, meskipun hal itu berpotensi mengganggu kinerja keuangan 2018.
“Harga sepanjang Januari hingga Maret sudah diputuskan. Jadi kami pasrah saja dengan kebijakan penyesuaian harga bahan tersebut dan akan mematuhi keputusan pemerintah,” kata Iskandar sebagaimana dikutip Tempo, Selasa.
Menurut Iskandar, harga yang diputuskan Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral adalah Rp 6.400 per liter untuk Premium dan Rp 5.150 per liter Untuk Solar. “Besaran ini tidak berubah sejak awal 2016. Dengan patokan harga seperti ini diperkirakan laba perseroan akan tergerus,” katanya.
Padahal, kata Iskandar, sepanjang Januari-Desember 2017 harga solar mencapai Rp 6.700 per liter atau lebih tinggi Rp 1.550 per liter dibanding harga pemerintah. Demikian pula dengan harga Premium di mana selisih tertinggi terjadi pada April-Juni lalu saat harga keekonomian mencapai Rp 7.600 per liter. Sementara harga jual Premium di luar Pulau Jawa, Madura dan Bali sebesar Rp 6.450 per liter.
“Selisih harga untuk Solar nanti akan ditanggung pemerintah, namun untuk Premium selisih harganya akan ditanggung Pertamina,” tukasnya.
Iskandar menambahkan, jika harga Premium dan Solar hingga Maret 2018 tak mengikuti formula, maka selisih pendapatan akibat penyaluran Premium non Jawa, Madura dan Bali diperkirakan minus Rp 6,56 triliun. “Sedangkan selisih pendapatan perusahaan untuk penyaluran Solar diperkirakan mencapai minus Rp 18,33 triliun,” ujarnya.
“Berdasarkan kajian Pertamina, jika harga BBM tidak berubah hingga akhir tahun, maka laba bersih perusahaan diperkirakan hanya sebesar US$ 2 miliar atau di bawah asumsi dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) 2013 sebesar US$ 2,4 miliar,” papar Iskandar.
Sementara Direktur Keuangan Pertamina, Arief Budiman mengungkapkan, bahwa penurunan laba terjadi apabila rata-rata harga minyak mentah Indonesia hingga Desember mendatang mencapai US$ 55 per barel. Untuk Desembert tahun lalu, ICP menyentuh US$ US$ 60 per barel. “Itu saja yang bisa kami asumsikan. Kalau ICP bergerak-gerak, ya kami harus hitung lagi,” ujar Arief Budiman.
Sebelumnya, Direktur Utama Pertamina, Elia Massa Manik mengatakan, jika laba tergerus, kemampuan investasi perusahaan bakal berkurang.
Padahal, kata dia, Pertamia ditugaskan merevitalisasi empat kilang serta membangun dua kilang baru. “Kebutuhan dana untuk kedua proyek itu mencapai US$ 45 miliar atau setara Rp 500 triliun atau sekitar 90 persen nilai aset Pertamina,” pungkasnya.(adi)
No comments so far.
Be first to leave comment below.