


Jakarta, situsenergi.com
Sektor industri menjadi salah satu penyumbang emisi karbon terbesar di Indonesia. Menyadari hal itu, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong percepatan dekarbonisasi demi mendukung target Net Zero Emission (NZE) 2050.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyebut, transformasi menuju industri hijau akan membuka peluang bisnis berkelanjutan dan meningkatkan daya tarik investor.
“Sekitar 57% investor global kini lebih tertarik pada investasi berkelanjutan. Maka, industri harus beradaptasi agar tetap kompetitif,” ujar Agus, Jumat (9/5/2025).
Untuk mewujudkan hal tersebut, Kemenperin menyiapkan sejumlah strategi, seperti penyusunan Peta Jalan Dekarbonisasi, implementasi Mekanisme Perdagangan Karbon, serta pengembangan Kebijakan Pengurangan Emisi.
Tak hanya itu, penerapan Ekonomi Sirkular, teknologi Carbon Capture and Utilization (CCU), serta Standar Industri Hijau juga menjadi fokus utama untuk menciptakan proses produksi yang efisien dan ramah lingkungan.
Ada 9 sektor industri prioritas yang ditargetkan, yaitu: Semen, Amonia, Logam, Pulp dan kertas, Tekstil, Kimia, Keramik dan kaca, Makanan dan minuman, Transportasi.
Hingga akhir 2024, Kemenperin telah menerbitkan 149 Sertifikasi Standar Industri Hijau, meliputi efisiensi energi, pengelolaan bahan baku dan air, serta pengurangan limbah.
Agus menegaskan, penerapan standar ini telah terbukti menekan dampak lingkungan sektor industri, sekaligus mendukung pencapaian target pengurangan emisi nasional. (DIN/GIT)
No comments so far.
Be first to leave comment below.