Logo SitusEnergi
KemenESDM Sebut Investasi Proyek DME Ekonomis KemenESDM Sebut Investasi Proyek DME Ekonomis
Jakarta, situsenergy.com Plt Kepala Badan Litbang ESDM Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan, bahwa kajian yang dilakukan sebuah lembaga think tank yang menyatakan proyek Proyek... KemenESDM Sebut Investasi Proyek DME Ekonomis

Jakarta, situsenergy.com

Plt Kepala Badan Litbang ESDM Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan, bahwa kajian yang dilakukan sebuah lembaga think tank yang menyatakan proyek Proyek Dimetil Eter (DME) tidak masuk skala keekonomian dan menyebabkan kerugian tahunan 377 juta dolar AS, ternyata berseberangan dengan hasil kajian yang dilakukan Tim Kajian Hilirisasi Batu bara Balitbang ESDM.

“Tim Balitbang ESDM juga telah melakukan analisis dan konfirmasi antara kajian lembaga tersebut dengan studi kelayakan (FS) PTBA dan hasilnya didapat bahwa Proyek DME secara ekonomi layak dijalankan,” kata Dadan seperti dikutip dari laman Kementerian ESDM, Senin (07/12/2020).

Menurut dia, perbedaan hasil kajian, adalah karena perbedaan asumsi data yang digunakan, metode perhitungan, dan pertimbangan dampak berantai (multiplier effect) proyek. Asumsi harga elpiji lembaga tersebut 365 dolar AS/ton, yang hanya mencerminkan kondisi pada 2020 saat permintaan rendah karena pandemi.

Sedangkan, asumsi PTBA adalah 600 dolar AS/ton yang mencerminkan harga elpiji rata-rata 10 tahun terakhir. Perbedaan harga acuan tersebut berpengaruh terhadap harga jual DME.

“Perbedaan lainnya terkait asumsi harga batubara dan kapasitas input batu bara. Di mana asumsi harga batu bara yang digunakan lembaga think tank 30 dolar/ton. Sedangkan, PTBA 21 dolar/ton yang merupakan harga batubara PTBA kualitas rendah pada saat FS dibuat,” paparnya.

BACA JUGA   Anak Usaha Medco Power Mulai Lakukan Pengeboran Di Ijen Jatim

Terkait input batu bara terdapat selisih sebesar 500 ribu ton, dengan FS PTBA lebih efisien. Selain itu metode perhitungan lembaga think tank sangat sederhana yang hanya menghitung satu tahun dengan asumsi biaya produksi DME 300 dolar/ton, yang mengacu pada pabrik Lanhua, China.

Sedangkan PTBA telah melakukan FS komprehensif yang menghasilkan keekonomian proyek dengan net present value (NPV) 350 juta dolar AS dan internal rate of return (IRR) sekitar 11 persen, sehingga proyek ekonomis dan tidak rugi. Selain itu Lemigas Balitbang ESDM juga telah melakukan uji coba kompor DME.

“Hasil uji coba menunjukkan efisiensi kompor meningkat dari 61,9 persen dengan elpiji menjadi 73,4 persen apabila menggunakan DME, sehingga keperluan DME untuk kebutuhan memasak terjadi penurunan, lebih rendah dibandingkan kebutuhan kalori teoritisnya,” kata Dadan Kusdiana.

Dadan menambahkan, bahwa Tim Kajian Hilirisasi Batu bara Badan Penelitian dan Pengembangan ESDM Kementerian ESDM juga menyebutkan bahwa investasi Proyek Dimetil Eter (DME) merupakan produk substitusi elpiji yang sangat ekonomis.

“Elpiji merupakan komoditas energi yang lebih dari 70 persen masih impor, sehingga perlu disubstitusi untuk mengurangi tekanan terhadap neraca perdagangan dan meningkatkan ketahanan energi nasional,” kata  Dadan.

BACA JUGA   PTGN Tandatangani LoA Penurunan Harga Gas Industri

Selain itu, kata dia, cadangan batu bara Indonesia lebih besar dibandingkan minyak dan gas bumi. Status terakhir cadangan batu bara tercatat sekitar 38 miliar ton. Dengan tingkat produksi tahunan 600 juta ton, maka usia cadangan batu bara Indonesia diperkirakan 63 tahun apabila diasumsikan tidak ada temuan cadangan baru.

“Kebijakan pemerintah saat ini mendorong hilirisasi atau peningkatan nilai tambah batu bara, salah satunya menjadi DME, yang dapat digunakan sebagai substitusi elpiji,” katanya.(ERT/ RIF)

No comments so far.

Be first to leave comment below.

Your email address will not be published. Required fields are marked *