Logo SitusEnergi
Hindari Penurunan Lifting Blok Rokan, SKK Migas Minta Pertamina Segera Lakukan Transisi Hindari Penurunan Lifting Blok Rokan, SKK Migas Minta Pertamina Segera Lakukan Transisi
Jakarta,situsenergy.com Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas), Dwi Soetjipto, menlihat potensi penurunan produksi minyak dan gas (migas) di Blok... Hindari Penurunan Lifting Blok Rokan, SKK Migas Minta Pertamina Segera Lakukan Transisi

Jakarta,situsenergy.com

Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas), Dwi Soetjipto, menlihat potensi penurunan produksi minyak dan gas (migas) di Blok Rokan yang saat ini dikelola oleh PT Chevron Pacific Indonesia. Hal ini sangat masuk akal lantaran di tahun 2021 mendatang hak kelola Chevron atas Blok tersebut habis dan sudah seharusnya kembali ke tangan negara melalaui PT Pertamina (Persero).

Hak kelola yang hanya tinggal dua tahun ini memang sudah sewajarnya bagi Chevron mengurangi investasinya lantaran akan segera diambil alih. Akibatnya produksi bakal terus menyusut jelang masa kontrak berakhir.

Dari catatan SKK Migas, pada 2018 lalu, produksi siap jual (lifting) minyak dari Blok Rokan sebesar 209,4 ribu barel per hari (bph) atau hanya 98 persen dari target yang ditetapkan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2018 sebesar 213 ribu bph. Realisasi rata-rata lifting 2018 juga di bawah lifting minyak 2017 yang mencapai 223 ribu bph.

Untuk menghindari semakin susutnya angka produksi dan lifting migas, Mantan Dirut Pertamina ini mendesak agar ada masa transisi dalam pengelolaan Blok Rokan dari Chevron ke Pertamina. Hal ini penting dilakukan agar kedepan setelah tahun 2021 dimana kontrak Chevron habis maka Pertamina tidak perlu investasi dari awal untuk pengembangan produksi serta alih kelolanya. Dengan begitu volume produksi atau lifting bisa tetap terjaga.

BACA JUGA   Bangun Kabel Laut 20 kV, PLN Listriki Gili Gede

“Jadi mulai tahun ini mesti sudah ada siapa yang harus investasi. Mestinya Pertamina yang mulai masuk investasi, tinggal siapa yang melaksanakan dan siapa yang financing,” tegas Dwi Soetjipto di Jakarta, Selasa (8/1).

Lebih lanjut, Dwi mencontohkan kegagalan masa transisi pada Blok Mahakam yang telah beralih ke tangan Pertamina awal 2018 lalu. Dalam kasus Mahakam, proses transisi berjalan kurang maksimal sehingga berdampak pada anjloknya produksi Blok Mahakam.

Data realisasi lifting 2018 mencatat, posisi Blok Mahakam melorot ditempat ketiga sebagai kontributor gas terbesar di Indonesia. Lifting gas dari blok yang sekarang dioperatori PT Pertamina Hulu Mahakam pada 2018 hanya sebesar 832 juta kaki kubik per hari (mmscfd) atau hanya 75 persen dari target APBN 2018 sebesar 1.110 mmscfd.

Menurutnya, realisasi tersebut juga masih di bawah realisasi 2017 sebesar 1.286 mmscfd. Padahal sudah puluhan tahun Blok Mahakam biasanya menjadi langganan kontributor produksi gas terbesar nasional. Agar tidak mengulang kejadian yang sama, pihaknya meminta agar masa – masa transisi ini benar-benar dimanfaatkan oleh Pertamina.

BACA JUGA   Fokus Amankan Warga, PLN Percepat Suplai Listrik di Wilayah Terdampak Banjir

“Transisi Blok Mahakam harus (jadi) pelajaran buat di Rokan. Saya kira pelajaran berharga, investasi tidak berjalan di masa transisi, makanya Pertamina yang akan masuk, harus mulai investasi,” pungkas Dwi. (DIN)

No comments so far.

Be first to leave comment below.

Your email address will not be published. Required fields are marked *