Jakarta, situsenergy.com
Hilirisasi sektor pertambangan sejatinya menjadi keharusan dengan percepatan pembangunan smelter. Namun pasokan listrik, sebagai salah satu prasyarat pembangunan smelter masih diragukan.
“Pasokan listrik yang belum memadai menjadi kendala,” kata I Made Dana Tangkas, dari Bidang Perindustrian Kamar Dagang Indonesia (Kadin) dalam acara Smelter and Energy Week, Rabu (14/3) di Jakarta. Padahal pembangunan smelter termasuk dalam Rencana Induk Pembangunan Indonesia.
Oleh sebab itu, Kadin mengharapkan adanya keberpihakan pemerintah dalam persoalan ini. “Infrastruktur jalan dan ketersediaan pasokan listriknya,” katanya.
Menurut Made, industri tambang mineral logam tidak akan memberi nilai tambah yang besar tanpa adanya proses hilirisasi. Hilirisasi tidak akan pernah ada tanpa adanya pembangunan smelter. “Pembangunan smelter pun harus dibangun di dalam negeri. Jadi, tanpa hilirisasi tidak akan pernah ada nilai tambah,” ujarnya.
Dia juga mengatakan, pihaknya juga mendorong adanya konsistensi keberpihakan kebijakan untuk membangun hilirisasi mineral tambang dan pengembangan industri logam dasar. Berhasilnya hilirisasi mineral tambang ditandai dengan terserapnya produk smelter dalam negeri oleh industri hilir berbasis mineral logam, contohnya industri logam dasar.
“Tanpa adanya industri manufaktur berbasis mineral logam, maka hilirisasi mineral tambang tetap tidak akan memberikan nilai tambah yang tinggi,” kata dia.
Pemerintah harus mewaspadai semakin ekspansifnya perusahaan-perusahaan asal Tiongkok yang melakukan investasi di sektor hilirisasi mineral dan mengekspor hasil pengolahan dan pemurnian tersebut untuk kebutuhan industri di negaranya. Sementara kebutuhan bahan baku industri hilir di dalam negeri saat ini mengalami kesulitan pengembangan usaha karena harus mengimpor dari negara lain. (Fyan)
No comments so far.
Be first to leave comment below.