Logo SitusEnergi
YLKI : Takaran Bensin Di SPBU Pertamina Kurang Hanyalah Mitos YLKI : Takaran Bensin Di SPBU Pertamina Kurang Hanyalah Mitos
Jakarta, situsenergy.com Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) bersama dengan Kementerian Perdagangan melakukan random check terhadap 10 persen dari total Sentra Pengisian Bahan Bakar Umum... YLKI : Takaran Bensin Di SPBU Pertamina Kurang Hanyalah Mitos

Jakarta, situsenergy.com

Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) bersama dengan Kementerian Perdagangan melakukan random check terhadap 10 persen dari total Sentra Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) bermerk dagang Pertamina di seluruh Jabodetabek. Hasilnya, tidak ditemukan adanya pelanggaran takaran dari jumlah BBM perliter yang dilakukan oleh SPBU Pertamina sebagaimana aturan dalam UU metrologi. Bahkan, di beberapa SPBU ditemukan jumlah BBM perliternya melebihi jumlah takaran namun masih dalam batas toleransi yang diijinkan UU.

“Selama ini kan masih ada asumsi bahwa SPBU Pertamina itu takarannya tidak tepat, tapi mitos itu harus dibalik. Ini mitos yang selama ini dibangun karena masyarakat belum tahu secara teknis,” ujar Ketua Umum YLKI, Tulus Abadi di Jakarta, Rabu (2/1).

Tulus menjelaskan, didalam UU metrologi dijelaskan bahwa standar ukuran atau tera BBM di SPBU dilakukan per nozel, dimana masih diizinkan toleransi sebesar plus minus 100 mililiter (ml)/20 liter BBM. Bahkan, menurut temuan YLKI bersama dengan badan Metrologi Kemendag diketahui beberapa nozel justru kelebihan takaran yang dalam hal ini merugikan operator.

BACA JUGA   PGN Klaim Penyaluran Gas Bumi Melonjak

“Ini mandat dari UU metrologi, jadi sepanjang plus minusnya tidak melebihi 100 ml per/20 liter, itu tidak apa-apa, bahkan itu bukan SPBU secara keseluruhan, tapi masing-masing nozel kita uji. Bahkan kalau benchmarking nya Pertamina, itu lebih ketat lagi dari UU, yaitu 60 ml/20 liter,” jelasnya.

Tulus pun mendorong agar pemerintah mendorong Pertamina melakukan digitalisasi SPBU. Selain untuk akurasi, digitalisasi juga diperlukan untuk memetakan konsumen, mempelajari perilaku konsumen, serta juga untuk meningkatkan daya saing SPBU Pertamina dengan SPBU milik swasta lainnya.

“Saya kira itu perlunya digitalisasi, agar dampaknya bisa dirasakan langsung oleh konsumen, sehingga tingkat kepercayaan publik terhadap SPBU Pertamina akan lebih tinggi. Jangan sampai ini hanya asumsi-asumsi dan hanya mitos untuk menggiring masyarakat ke SPBU asing. Apalagi kalau nanti mereka bekerjasama dengan Alfamart dan sebagainya,” pungkas Tulus.

Sementara itu, Presiden Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu (FSPPB) Arie Gumilar mengatakan, digitalisasi SPBU, termasuk juga membuka SPBU-SPBU berskala mini memang perlu dilakukan. Hal itu menurutnya menjadi sangat penting karena kompetitor lainnya seperti British Petroleum (BP) dan Exxon Mobile juga tengah menjajaki kerjasama dengan toko ritel seperti Alfamart dan Indomaret untuk menjual BBM di gerai-gerai mereka.

BACA JUGA   Cetak 5000 Wirausaha Wanita Tangguh, Pertamina Foundation Gelar Pelatihan

“Ini memang menjadi tantangan buat Pertamina, kalau Pertamina tidak mau kemudian kehabisan konsumen karena diambil alih konsumennya,” tuturnya.

“Digitalisasi SPBU ini juga merupakan strategi, namun memang ini masih harus bisa dijelaskan secara gamblang kepada seluruh stakeholder, apakah strategi digitalisasi itu akan mampu mengimbangi SPBU-SPBU swasta tadi,” pungkas Arie. (SNU)

No comments so far.

Be first to leave comment below.

Your email address will not be published. Required fields are marked *