Logo SitusEnergi
Pembangunan Kilang, Antara Optimisme dan Keniscayaan Pembangunan Kilang, Antara Optimisme dan Keniscayaan
Oleh : Mamit Setiawan Pemerintah dan Pertamina berencana untuk membangun kilang baru dan meningkatakan kapasitas kilang yang ada dengan program GRR dan RDMP. GRR... Pembangunan Kilang, Antara Optimisme dan Keniscayaan

Oleh : Mamit Setiawan

Pemerintah dan Pertamina berencana untuk membangun kilang baru dan meningkatakan kapasitas kilang yang ada dengan program GRR dan RDMP. GRR untuk Kilang Tuban dan Kilang Bontang. Sedangkan untuk RDMP untuk Kilang Cilacap, Kilang Balikpapan,Kilang Balongan dan Kilang Dumai. Program ini sebagai suatu keharusan untuk meningkatkan ketahanan energi nasional dan juga kedaulatan bangsa akan terwujud.

Dan menurunnya laba pertamina dengan sebab apapun pasti merupakan hal yang bisa menghambat terwujudnya pembangunan kilang baru itu.Dengan program ini,diharapkan cadangan operasional  BBM kita bisa meningkat dari 22 hari seperti saat ini. Proyek ini digagas mulai tahun 2015 dan diharapkan selesai tahun 2025.

Sebagaimana kita ketahui bahwa saat ini kebutuhan BBM adalah 1.1 juta BOPD sedangkan produksi kita sekitar 800 BOPD. Terdapat gap sebesar 400 BOPD untuk memenuhui kebutuhan tersebut. Gap sebesar itulah yang selama ini diimpor dari Singapore atau Malaysia baik itu berupa crude oil ataupun produk.

Saat ini kapasitas kilang kita ada 1,031 juta barrel per hari dimana kemampuanny adalah sebesar 800 rb barrel per hari dengan kapasitas produksinya adalah Kilang Cilacap dengan 348 ribu BOPD.

BACA JUGA   Tuntaskan Proyek TPPI, 2022 Pertamina Optimis Penuhi Kebutuhan Produk Petrokimia

Dengan program GRR dan RDMP yang digagas ini,diharapkan pada tahun 2025 kapasitas produksi kilang kita menjadi 2 juta BOPD dimana pada saat itu dengan peningkatan konsumsi BBM 8% pertahun diprediksi tingkat konsumsi adalah sebesar 1.9 juta BOPD. Dengan demikian,tingkat ketergantungan kita untuk impor BBM bisa berkurang dan tidak menggerus devisa negara.

Yang jadi pertanyaan adalah,apakah megaproyek ini bisa berjalan sesuai rencana atau hanya sebuah keniscayaan?

Jika melihat semangatnya,masih tersirat sedikit rasa optimis saya proyek ini bisa berjalan melihat pemaparan dan usaha yang dilakukan oleh Pertamina. Yang menjadi kendala apakah Pertamina mampu secara financial untuk membiayai proyek kilang ini yang nilainya mencapai 600T? Saat ini kondisi keuangan Pertamina masih cukup mengkhawatirkan dimana harus menanggung potensial loss akibat tidak naiknya harga BBM Premium dan juga BBM Satu Harga. Sepanjang tahun 2017,Pertamina mengalami penurunan laba bersih sebesar 24% menjadi US$ 2.41 Milyar yang diakibatkan tidak ada perubahan harga untuk Premium dan Solar Subdisi. Dengan laba yang terus seperti ini,saya melihat bahwa pembangunan kilang ini menjadi semakin sulit. Pertamina pasti akan sulit mendapatkan pembiayaan dari pihak luar mengingat kondisi keuangan mereka yang terus tergerus. Belum lagi jika kita melihat faktor eksternal. Apakah mungkin negara yang selama ini selalu menjual crude oil maupun produk ke Indonesia akan diam saja jika melihat Indonesia menjadi mau membangun kilang. Energi bagi bangsa ini tidak akan tergantung dan bergantung kepada kilang milik bangsa luar yang pada dasarnya itu bisa membuat martabat bangsa menjadi kecil.

BACA JUGA   Pengendalian Gas LPG Dengan KTP Tidak Mudah, YLKI : Ada Cara Lain

Namun apakah kedaulatan dan ketahanan energi ini bisa dengan mudah terwujud dengan tanpa menimbulkan kegalauan atau “kemarahan” bagi negara lain yang selama ini kilangnya mensupply kebutuhan energi bangsa ini. Apakah mereka rela kehilangan pangsa pasar terbesar mereka?

Segala cara pasti akan mereka cari  untuk menggagalkan terwujudnya  kehadiran kilang baru bagi negeri ini atau setidaknya dengan mengulur waktu agar pembangunan kilang tidak segera terwujud.

Selain itu,konsentrasi pemerintah saat ini lebih kepada harga BBM,Freeport dan Gross Split.

Melihat kondisi seperti ini,proses pembangunan kilang menurut saya adalah sebuah keniscayaan. Mudah-mudahan pendapat saya ini salah. [•]

No comments so far.

Be first to leave comment below.

Your email address will not be published. Required fields are marked *