Logo SitusEnergi
Meski Pasar Loyo, BUMI Enggan Turunkan Target Produksi Batubara Meski Pasar Loyo, BUMI Enggan Turunkan Target Produksi Batubara
Jakarta, Situsenergy.com PT Bumi Resources Tbk (BUMI) menegaskan bahwa pihaknya tidak menurunkan target produksinya meski pasar dan harga batubara masih dalam tekanan. Dalam RKAP... Meski Pasar Loyo, BUMI Enggan Turunkan Target Produksi Batubara

Jakarta, Situsenergy.com

PT Bumi Resources Tbk (BUMI) menegaskan bahwa pihaknya tidak menurunkan target produksinya meski pasar dan harga batubara masih dalam tekanan. Dalam RKAP target produksi batubara BUMI tahun ini dalam rentang 85 juta ton – 90 juta ton terdiri dari produksi PT Arutmin Indonesia sebesar 28 juta ton – 30 juta ton dan PT Kaltim Prima Coal sebanyak 60 juta ton – 65 juta ton. Adapun, realisasi produksi BUMI untuk periode semester pertama 2020 berada di kisaran 41 juta ton – 42 juta ton.

Sementara itu, Harga Batubara Acuan (HBA) anjlok dalam lima bulan terakhir. HBA pada bulan Agustus 2020 tercatat USD50,34 per ton, turun 3,49 persen dibandingkan bulan sebelumnya. HBA bulan Agustus ini masuk ke level terendah sejak tahun 2016.

Direktur dan Sekretaris Perusahaan BUMI, Dileep Srivastava, pihaknya masih tetap mengejar target produksi Batubara tahun 2020 yang memang berada dikisaran 85 juta ton-90 juta .

“Tidak ada perubahan pada panduan kami saat ini dari 85 juta ton-90 juta ton. Kami saat ini memperkirakan (target itu) dapat dicapai,” kata Dileep dalam keterangannya, Kamis (6/8).

BACA JUGA   Elektrifikasi Terus Dikebut dengan Manfaatkan Energi Setempat

Dileep juga bilang sejatinya penurunan harga Batubara di pertengahan tahun adalah hal yang wajar. Namun, kondisi saat ini menjadi tak biasa lantaran pasar tertekan pandemi covid-19. Dia pun berharap, harga Batubara yang telah menyentuh level USD50 per ton menjadi batas bawah yang bisa dilalui.

Dia memproyeksikan, harga Batubara bisa kembali menghangat ketika memasuki musim dingin di akhir tahun nanti, yang bisa bergerak naik ke level USD60 per ton. Lalu bisa terus menanjak pada tahun depan.

“Kami pikir ketika musim dingin permintaan biasanya naik. Harga sekitar USD60 per ton masuk akal untuk diperkirakan. Harga tahun depan bisa jauh lebih tinggi,” terang Dileep. (DIN/rif)

No comments so far.

Be first to leave comment below.

Your email address will not be published. Required fields are marked *