Logo SitusEnergi
Kenaikan BBM dan Bahan Pangan Bakal Picu Kenaikan Inflasi Kenaikan BBM dan Bahan Pangan Bakal Picu Kenaikan Inflasi
Jakarta, Situsenergi.com Kenaikan harga beberapa bahan pangan dan juga BBM belakangan ini berpotensi meningkatkan inflasi. Hal itu dilihat oleh Badan Pusat Statistik (BPS) sebagai... Kenaikan BBM dan Bahan Pangan Bakal Picu Kenaikan Inflasi

Jakarta, Situsenergi.com

Kenaikan harga beberapa bahan pangan dan juga BBM belakangan ini berpotensi meningkatkan inflasi. Hal itu dilihat oleh Badan Pusat Statistik (BPS) sebagai salah satu faktor pemicu bahwa April 2022 angka inflasi akan lebih tinggi dibandingkan Maret 2022.

Kepala BPS, Margo Yuwono, mengatakan nilai inflasi pada Maret 2022 mencapai 0,66 persen month to month (mtom). Dengan perkembangan tersebut tingkat inflasi tahun kalender (year to date / ytd) sebesar 1,20 persen dan untuk inflasi tahunan sama sebesar 2,64 persen (year on year / yoy). Sebanyak 88 kabupaten/ kota mengalami inflasi dan hanya 2 kabupaten/ kota yang deflasi.

Dengan adanya fakor pemicu di bulan April 2022 ini, Margo memperkirakan inflasi akan naik. Terlebih pada April 2022 terdapat momentum besar yaitu ramadhan atau bulan puasa bagi umat islam. Biasanya permintaan masyarakat terhadap produk stretegis seperti bahan pangan dan energi selama puasa ramadhan meningkat.

“April ini dugaan saya tinggi (inflasi), karena ada banyak tekanan dari faktor eksternal,” jelas Margo dalam keterangannya, Kamis (7/4/2022).

Margo mengungkapkan, potensi peningkatan inflasi yang tinggi harus segera diantisipasi. Menurutnya ada beberapa dampak dan bahaya yang bisa timbul dari peningkatan inflasi yang tidak terkendali.

BACA JUGA   Realisasi Investasi Pabrik Smelter di Indonesia Tembus USD 15,7 Miliar

Pertama adalah dampak pada penurunan daya beli masyarakat. Konsumsi rumah tangga saat ini memiliki share terbesar dari total PDB Indonesia. Kedua, inflasi yang tinggi di bahan pangan akan membebani masyarakat menengah bawah. Ketiga, inflasi yang tidak terkendali dalam jangka panjang akan menambah angka kemiskinan yang ada.

Keempat, inflasi yang tinggi terjadi akan menganggu kinerja mitra dagang yang akhirnya mengurangi output perekonomian. Hal ini disebabkan oleh bertambahnya beban biaya produksi. Kelima dan terakhir adalah berkurangnya output perekonomian akan berdampak pada pengurangan tenaga kerja yang akan menambah tingkat pengangguran.

“Kelima dampak ini harus bisa dihindari sebisa mungkin dengan menjaga angka inflasi tetap stabil. Tentu saja kita tidak ingin inflasi ini berlanjut karena dampaknya bisa meluas kemana-mana,” pungkas Margo. (DIN/rif)

No comments so far.

Be first to leave comment below.

Your email address will not be published. Required fields are marked *