Logo SitusEnergi
KADIN: Perlu Insentif Khusus Dorong Investor Bangun Pabrik Baterai Mobil Listrik KADIN: Perlu Insentif Khusus Dorong Investor Bangun Pabrik Baterai Mobil Listrik
Jakarta, Situsenergi.com Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Bidang Energi, Minyak dan Gas, Bobby Gafur Umar mengatakan, pemerintah harus memberi insentif khusus... KADIN: Perlu Insentif Khusus Dorong Investor Bangun Pabrik Baterai Mobil Listrik

Jakarta, Situsenergi.com

Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Bidang Energi, Minyak dan Gas, Bobby Gafur Umar mengatakan, pemerintah harus memberi insentif khusus agar para investor mau masuk ke Indonesia, membangun industri baterai untuk kendaraan listrik.

Menurut Bobby, dengan potensi sumber daya nikel yang melimpah untuk bahan baku pembuatan baterai mobil listrik, perlu dukungan tambahan dalam bentuk insentif fiskal, termasuk juga dukungan regulasi yang tepat.

“Yang kita perlukan adalah keberpihakan dan dukungan yang seluas-luasnya.  Misalnya kita itu kalau mau membangun industri harus kompetitif, dan kompetitif itu diperlukan peraturan fiskal yang menarik buat investor. Kemudian sarana infrastruktur dan logistik juga tersedia, sehingga kita punya basis kendaraan dengan harga yang kompetitif,” ujar Bobby di Jakarta, Jumat (19/3/2021).

Menurut dia, dukungan regulasi melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 55 Tahun 2019 merupakan upaya yang luar biasa dari pemerintah. Namun demikian, hal itu perlu didukung juga dengan insentif lainnya agar industri kendaraan listrik bisa berjalan.

“Indonesia itu punya 21 juta ton cadangan nikel. Nikel ini adalah salah satu bahan utama dalam komponen utama mobil listrik. Kalau kita lihat di situ Indonesia sebenarnya punya modal yang sangat besar. Dan industrinya sendiri, industri otomotifnya sudah cukup advance di Indonesia. Kita bahkan sudah dapat komitmen bahwa Honda akan masuk investasi Rp 5 triliun, disusul Toyota Rp 20 triliun, tinggal kesiapan kita bagaimana. Kita siap, tinggal peraturan-peraturan dan kebijakan pemerintah untuk mendorong ke arah sana,” paparnya.

BACA JUGA   Transisi Energi Ngebut! PLTS Jadi Jagoan Baru di RUPTL 2025 - 2034

Menurut Bobby, di dalam industri mobil listrik, baterai memegang peranan yang sangat sentral. Menurutnya jika Indonesia bisa memaksimalkan potensi nikel yang ada untuk membangun industri baterai, maka setidaknya lebih dari 50 persen komponen mobil listrik sudah ada di Indonesia. Dari sisi ini, jelas produk mobil listrik akan sangat kompetitif.

“Kita jangan melihat kita sebagai market, tapi kita melihat kita sebagai pemain, sebagai industri utama di bidang otomotifnya. Dengan arah trend kendaraan listrik ke depan, kita mempunyai modal  bahan baku dari baterai. Dan baterai itu kan 50 sampai 60 persen mobil listrik itu biayanya ada di baterai. Baterai ini ada 11 komponen, dimana 70 persen-nya itu hanya 3 komponen saja. Nah salah satu komponen terbesar itu Katoda. Katoda ini bahan terbesarnya adalah Nikel. Jadi di situ Indonesia bisa menjadi produsen baterai yang menjadi komponen utama mobil listrik,” jelasnya.

Namun demikian, Indonesia tidak boleh terlalu lama menangkap potensi tersebut. Sebab, negara-negara lain juga tengah berjuang untuk melakukan transformasi ke industri mobil listrik. Jika tidak dilakukan segera, dikhawatirkan potensi besar yang ada akan sia-sia karena Indonesia tertinggal dari negara kompetitor dalam pengembangan mobil listrik.

BACA JUGA   Keren! PDSI Tekan Emisi Ribuan Ton lewat Inovasi Rig Hybrid & Solar Panel

“Modal kita sekarang untuk kendaraan masa depan itu arahnya semua menuju ke kendaraan listrik. Jadi pada 2030 beberapa negara sudah melarang penjualan kendaraan, di luar kendaraan listrik. Kalau menurut saya kita sudah cukup siap,” pungkasnya. (SNU/RIF)

No comments so far.

Be first to leave comment below.

Your email address will not be published. Required fields are marked *