

Energi Panas Bumi Penyumbang Net Zero Emision
ENERGI August 17, 2021 Editor SitusEnergi 0

Jakarta, situsenergi.com
Emisi GHG atau emisi karbon yang dihasilkan dari proses pembakaran energi fosil adalah penyebab terjadinya perubahan iklim yang mengakibatkan kenaikan suhu bumi dan perubahan iklim yang mengancam keanekaragaman hayati.
Perjanjian Paris telah menyepakati pembatasan kenaikan suhu global meningkat tidak lebih dari 2 derajat celcius relative terhadap pre-industrial levels. Untuk mencapai kenaikan suhu sebesar 1,5C maka diusulkan mencapai emisi nol bersih pada pertengahan abad 21 ini.
“Pencapaian target tersebut berarti peningkatan upaya yang luar biasa terhadap tingkat penurunan emisi global. Hal ini bukan hal yang mudah, terutama bagi negara low-middle income and rapidly growing economies seperti Indonesia”, ujar Anggota Dewan Energi Nasional, Herman Darnel Ibrahim, dalam pernyataannya baru – baru ini dalam sebuh diskusi ‘Memahami Kebijakan Pemerintah Tentang Panas Bumi’.
Berdasarkan skenario pertama, sampai Peak Emission yang diperkirakan terjadi pada Tahun 2050, fosil masih akan tetap tumbuh dan phase out energi fosil akan terjadi setelahnya untuk kemudian mencapai Net Zero Emission pada tahun 2070. Sementara pada skenario kedua transisi energi Net Zero Emission Tahun 2050, maka Peak Emission harus dicapai pada Tahun 2030 hingga 2035.
Dikatakannya, untuk mencapai peak emission menuju net zero emission maka diperlukan konservasi dan efisiensi energi serta transisi energi dari energi berbasis fosil menjadi energi terbarukan yang antara lain meliputi kegiatan konservasi energi di segala kegiatan, efisiensi energi, menurunkan intensitas energi, menurunkan laju pertumbuhan energi fosil serta meningkatkan laju pertumbuhan penggunaan energi terbarukan.
Berdasarkan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) potensi panas bumi di Indonesia mencapai sekitar 29 Gigawatt (GW) dimana pemanfaatan sumber daya panas bumi untuk mencapai target Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) terkait Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) sebesar 7,2 GW di tahun 2025 dan sebesar 17,5 GW pada tahun 2050. Sementara berdasarkan data hingga tahun 2015 pemanfaatan Panas bumi sebagai pembangkit listrik baru mencapai 1.438 Megawatt (MW) atau sekitar 4,9% dari potensi yang dimiliki.
“Tantangan besar daripada transisi energi adalah bagaimana penyediaan listrik dari sumber energi terbarukan yang akan jauh lebih besar, dan bagaimana mewujudkan dukungan teknologi untuk membuat listrik dipasok oleh 100% variable,” pungkasnya. (SA/RIF)
No comments so far.
Be first to leave comment below.