Logo SitusEnergi
Tingkatkan Produksi Minyak Lewat EOR Tingkatkan Produksi Minyak Lewat EOR
PEKANBARU — Ketua Komisi VII DPR RI, Gus Irawan Pasaribu, mendesak agar teknologi Chemical EOR (Enhanced Oil Recovery) segera dipergunakan untuk mendongkrak produktivitas minyak.... Tingkatkan Produksi Minyak Lewat EOR

PEKANBARU — Ketua Komisi VII DPR RI, Gus Irawan Pasaribu, mendesak agar teknologi Chemical EOR (Enhanced Oil Recovery) segera dipergunakan untuk mendongkrak produktivitas minyak. Teknologi itu telah dibeli menggunakan dana yang berasal dari APBN, namun belum didatangkan dari Amerika Serikat.

“Teknologi EOR dari Amerika sudah dibayarkan oleh APBN sebesar 200 juta USD, tinggal didatangkan saja ke Indonesia kemudian diimplementasikan agar produksi minyak meningkat,” ujar Gus Irawan pertemuan dengan Presdir PT Chevron Pacific Indonesia di Pekanbaru, Riau, beberapa waktu lalu.

Presiden Direktur Chevron, Albert Simanjuntak, menjelaskan bahwa Chemical EOR mampu meningkatkan produksi minyak dari 220 ribu barel/hari menjadi 815 ribu barel/hari. Meski pada awal uji coba membutuhkan biaya 80 USD/barel namun sekarang biaya itu bisa ditekan hingga 40 USD/barel. Artinya pada harga pasar makro sekitar 52 USD/barel bisa mendapatkan margin sekitar 12 USD/barel.

Gus Irawan sebagai anggota Tim Kunjungan Spesifik Komisi VII khawatir tidak segera dipergunakan teknologi EOR merupakan siasat Chevron untuk mendapatkan posisi tawar tertentu. “Saya menduga ini adalah suatu siasat bagi Chevron untuk bargaining karena 2021 akan habis kontraknya. Persoalannya kalau habis kontrak maka kita utamakan ke BUMN, Pertamina dalam hal ini,” ujar Gus.

BACA JUGA   Waspadai Pihak  Yang Manfaatkan Program BBM Satu Harga

Di sisi lain, Gus mengatakan bahwa dirinya saat ini merasa ragu dengan kesiapan Pertamina. Gus mengatakan FIFO bisa memberikan BBM dengan RON 89 pada harga lebih murah dari Premium yang nilai RONnya hanya 88.

“Dimana-mana sekarang premium langka, di dapil saya Tapanuli Utara sampai bulan oktober hanya disalurkan 4 persen. Nasional sampai bulan Oktober hanya 48 persen. Saya melihat hal ini menjadi ragu dengan Pertamina. Padahal dalam Perpres 191 Tahun 2014, minyak dibagi jadi 3 jenis, ada BBM tertentu (bersubsidi seperti minyak tanah dan solar), Ada BBM khusus penugasan, tidak disubsidi tapi disiapkan, disediakan, disalurkan (premium), dan BBM umum seperti pertamax, pertalite dan dex,” jelas Gus Irawan menambahkan. (kn)

No comments so far.

Be first to leave comment below.

Your email address will not be published. Required fields are marked *