


Jakarta, Situsenergi.com
Harga minyak dunia melambung lebih dari 4 persen, Rabu, memperpanjang kenaikan dari sesi sebelumnya karena peningkatan selera risiko memberikan dukungan meski data menunjukkan lonjakan tak terduga dalam persediaan minyak Amerika.
Mengutip dari laporan Reuters Rabu (21/7/2021) atau Kamis ,(22/7/2/21) pagi WIB, minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup meroket USD2,88 atau 4,2 persen, menjadi USD72,23 per barel.
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), melesat USD3,1 atau 4,6 persen, menjadi menetap di USD70,30 per barel.
Minyak berjangka rebound setelah jatuh sekitar 7 persen pada sesi Senin, menyusul kesepakatan Organisasi Negara Eksportir Minyak dan sekutunya, bersama-sama dikenal sebagai OPEC Plus, untuk meningkatkan pasokan sebesar 400.000 barel per hari dari Agustus hingga Desember.
Aksi jual itu diperparah oleh kekhawatiran bahwa peningkatan kasus varian Delta virus korona di sejumlah pasar terbesar, seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Jepang, akan memengaruhi permintaan.
“Secara keseluruhan kesepakatan OPEC itu telah mengkristalkan apa yang diprediksi pasar mengenai pemulihan produksi,” kata Andy Lipow, Presiden Lipow Oil Associates.
“Namun, bahkan menurut angka OPEC Plus, itu tidak cukup untuk membendung penurunan persediaan minyak dunia secara keseluruhan, dan bagi saya, itu memberikan dukungan kepada pasar.”
Kenaikan harga pada sesi Rabu terjadi meski Amerika melaporkan kenaikan stok minyak mentah untuk pertama kalinya sejak Mei. Persediaan minyak mentah naik secara tak terduga sebesar 2,1 juta barel, pekan lalu, menjadi 439,7 juta barel, menurut data Badan Informasi Energi Amerika. Analis memperkirakan penurunan 4,5 juta barel.
Namun, persediaan bensin dan produk penyulingan mencatat penarikan masing-masing sebesar 121.000 barel dan 1,3 juta barel.
“Peningkatan minyak mentah itu jelas merupakan kejutan yang didorong oleh lonjakan impor dan penurunan ekspor,” kata John Kilduff, mitra di Again Capital, New York. “Satu-satunya aspek positif dari laporan tersebut adalah permintaan bensin yang kuat dan rebound dalam bahan bakar sulingan.”
Analis JPMorgan mengatakan permintaan global diperkirakan rata-rata 99,6 juta barel per hari (bph) pada Agustus, naik 5,4 juta bph dari April. (SNU)
No comments so far.
Be first to leave comment below.