


Jakarta, Situsenergi.com
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebutkan kondisi dunia yang tidak menentu turut berimbas terhadap kondisi domestik diantaranya efek dari perang di Ukraina yang sampai saat ini belum selesai.
Menurut Jokowi ada dua masalah yang cukup berat yang dihadapi sejumlah negara. Pertama terkait energi dalam hal ini bahan bakar minyak (BBM) dan urusan pangan.
“Urusan energi artinya apa? BBM, bensin, gas maupun listrik,” kata Jokowi dalam sambutannya di acara Pengarahan dan Evaluasi Aksi Afirmasi Bangga Buatan Indonesia, Selasa (24/05/2022).
Jokowi meyakini di seluruh dunia, masalah energi dan pangan dianggap sebagai masalah yang besar. Dijabarkannya, di situasi sekarang ini untuk harga BBM negara tetangga seperti Singapura saja telah mengalami kenaikan yang cukup tinggi.
“Bensin, coba dilihat kenaikannya sangat tinggi sekali negara – negara selain kita. Singapore sekarang sudah harga BBM sudah Rp 32.000 termasuk Jerman sudah di angka Rp 31.000, Thailand Rp 20.000,” kata dia.
Menurut Jokowi, tren penjualan BBM di negara – negara lain yang telah mengalami kenaikan cukup tinggi, RI dinilai masih relatif kecil dan bisa terlihat dari penjualan BBM jenis pertalite maupun Pertamax.
Dikatakannya, harga BBM di dalam negeri yang terbilang rendah dibanding negara – negara lain berkat kebijakan pemerintah.
“Kita ini, Pertalite saja Rp 7.650/liter, Pertamax Rp 12.500, yang lain sudah jauh sekali, kenapa harga kita masih seperti ini, karena kita tahan terus,” kata dia.

Meski demikian, Jokowi menjelaskan jika kebijakan pemerintah menahan harga BBM yang saat ini terus dilakukan, menyebabkan beban pemerintah semakin berat.
“Tapi ini kan subsidi pemerintah makin membesar, sampai kapan kita bisa menahannya, ini pekerjaan kita bersama-sama,” kata dia.(SA/SL)
No comments so far.
Be first to leave comment below.