Logo SitusEnergi
BRIN Ingatkan Peneliti Soal Pentingnya Perkuat Ekosistem Riset di Sektor Energi BRIN Ingatkan Peneliti Soal Pentingnya Perkuat Ekosistem Riset di Sektor Energi
Jakarta, Situsenergi.com Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengingatkan para peneliti dan pemangku kepentingan lainnya tentang pentingnya memperkuat ekosistem riset di sektor energi agar... BRIN Ingatkan Peneliti Soal Pentingnya Perkuat Ekosistem Riset di Sektor Energi

Jakarta, Situsenergi.com

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengingatkan para peneliti dan pemangku kepentingan lainnya tentang pentingnya memperkuat ekosistem riset di sektor energi agar dapat mendukung ketahanan energi Indonesia.

Menurut Kepala Organisasi Riset Energi dan Manufaktur (OREM) BRIN, Haznan Abimanyu, untuk memperkuat ketahanan energi Indonesia di masa depan, pihaknya mendorong untuk memperkuat ekosistem riset dan inovasi, baik di sektor migas maupun di sektor EBT, serta mendorong untuk menyesuaikan perannya dalam transisi energi.

“Kebutuhan energi di Indonesia, terutama bahan bakar dan listrik, diprediksi akan terus meningkat seiring penambahan populasi, perubahan gaya hidup, serta pertumbuhan ekonomi,” kata Haznan dalam webinar “Energi Hijau dan Reduksi Emisi Karbon” di Jakarta, Rabu (15/11).

Dikatakan, substitusi energi ke arah yang lebih hijau dibutuhkan untuk menyiasati ketergantungan terhadap energi fosil. Menurutnya, energi baru terbarukan (EBT) menjadi salah satu kunci keberhasilan pemenuhan kebutuhan energi nasional di masa depan.

Lebih jauh Haznan menilai, peralihan menuju EBT perlu dilakukan secara bertahap. Minyak dan gas bumi (migas) sendiri masih memegang peranan penting di dalam periode transisi energi. Sehingga teknologi dan strategi menuju transisi energi yang berkelanjutan juga sangat diperlukan.

“Kita harus hati-hati untuk mengambil pelajaran dari negara lain yang tergesa-gesa mendeklarasikan NZE dengan menghapus pembangkit listrik berbahan bakar batu bara, namun menelan pil pahit dengan adanya krisis energi. Kemudian menjadi terpaksa menyandarkan kembali atau membuka kembali kepada migas dan batu bara sebagai sumber energi,” papar Haznan.

Sebagai bagian dari langkah transisi bahan bakar, lanjut dia, pemerintah telah meluncurkan program B30 pada akhir 2019. Upaya tersebut, lanjut Haznan berhasil menghemat 9 juta kiloliter atau setara devisa Rp 60 triliun per tahun akibat berkurangnya impor solar.

“Sekarang diupayakan menjadi B40. Yang saat ini (sudah ada) B35. BRIN bersama para stakeholder sedang melakukan pengujian B40 untuk menjawab tantangan tersebut,” ujarnya.

“BRIN berkomitmen untuk mendukung riset di bidang EBT, namun diperlukan sinergi pentahelix mulai dari akademisi, pemerintah, BUMN dan swasta, asosiasi, hingga media guna menyukseskan pengembangan riset tersebut,” sambung Haznan.

Menurut dia, kesuksesan program bioenergi, dari B20 hingga B35, tidak terlepas dari penerapan kolaborasi pentahelix yang nyata.

BACA JUGA   RI dan Inggris Sepakati Perpanjangan Kerjasama Bidang Energi Baru Terbarukan
PIS

“Kami menyiapkan riset ke arah sana dengan menerapkan kolaborasi pentahelix. Saya mengajak semua pihak, mari kita bangun ekosistem riset dan inovasi ini secara bersama-sama,” tutup Haznan.(Ert/SL)

No comments so far.

Be first to leave comment below.

Your email address will not be published. Required fields are marked *