

Aprobi: Penggunaan Bioenergi Punya Peran Strategis dalam Kebijakan Transisi Energi
ENERGI TERBARUKAN May 11, 2022 Editor SitusEnergi 0

Jakarta, Situsenergi.com
Asosiasi Produsen Biodiesel (Aprobi) mengatakan penggunaan bioenergi khususnya biodiesel mempunyai peranan strategis dalam kebijakan transisi energi fosil menuju energi terbarukan.
“Produksi biodiesel mengalami pertumbuhan pesat dalam 16 tahun terakhir, dimana total kapasitas produksi terpasang mencapai 16,6 juta kiloliter sampai 2021,” kata Ketua Harian Aprobi Paulus Tjakrawan melalui keterangan tertulisnya yang dikutip, Rabu (11/5/2022).
Menurut Paulus, berdasarkan data Aprobi, penyaluran B30 sebanyak 8,43 juta Kiloliter pada 2020, kemudian sepanjang 2021 mencapai 8,44 juta Kiloliter walaupun dalam dua tahun terakhir Indonesia menghadapi persoalan pandemi yang berdampak kepada aspek ekonomi dan sosial.
“Pada 2022, alokasi penyaluran B30 diproyeksikan sebesar 10,15 juta Kiloliter. Penggunaan minyak sawit untuk biodiesel sebesar 15 persen dari total produksi sawit nasional yang mencapai 48,09 juta ton pada 2021,” ungkapnya.
Selanjutnya memasuki 2022, kats dia, pemakaian minyak sawit untuk biodiesel diprediksi menjadi 17 persen. Sebagian besar konsumsi sawit di dalam negeri digunakan untuk kebutuhan makan terutama minyak goreng.

“Biodiesel menjadi bagian untuk mempercepat program transisi energi nasional. Pengembangan energi berbasis sawit terus berjalan seperti biohidrokarbon. Dari pengembangan biohidrokarbon dapat menghasilkan gasoline dan bahan bakar pesawat terbang berbasis sawit,” paparnya.
Dari aspek lingkungan, lanjut dia, kontribusi penggunaan B30 dapat menekan emisi gas rumah kaca sebesar 22,59 juta ton CO2 sepanjang 2021.
“Program B30 sangat efektif bagi kebutuhan prioritas nasional untuk mengurangi emisi sekaligus mengurangi ketergantungan pada energi fosil, khususnya di sektor transportasi,” ujarnya.
Lebih jauh ia mengatakan, bahwa pemanfaatan biodiesel juga menghemat devisa negara. Menurutnya, program B30 menekan pengeluaran negara sebesar 3,8 miliar dolar AS dari impor solar.
“Indonesia secara bertahap mengurangi impor solar semenjak program bioenergi/biodiesel dijalankan sampai saat ini B30,” tukasnya.
Selain itu, mandatori biodiesel juga efektif meningkatkan serapan sawit domestik ketika terjadi pelemahan permintaan di pasar global.
“Penggunaan biodiesel membantu peningkatan kesejahteraan petani setelah adanya keseimbangan antara konsumsi domestik dan ekspor,” ucapnya.
Ia juga menyebutkan bahwa dampak positifnya adalah stabilitas harga Tandan Buah Segar (TBS) sawit petani di dalam negeri. Bahkan semenjak tahun lalu hingga Maret kemarin, harga TBS petani rerata di atas Rp 3.000/kilogram.
“Jadi tidak benar kalau dikatakan biodiesel menguntungkan korporasi. Di lapangan, program ini juga menopang kenaikan harga buah sawit petani,” pungkasnya.(Ert/rif)
No comments so far.
Be first to leave comment below.