Oleh
Sofyano Zakaria.
Pengamat Kebijakan Enerji.
Publik terenyuh dengan adanya pihak pihak tertentu yang mempersalahkan bumn Pertamina memperoleh keuntungan.
Perolehan keuntungan Pertamina disuarakan diplintir, didramatisir dan dikesankan dengan pasti bahwa keuntungan itu timbul karena manfaatkan penyaluran bbm bersubsidi.
Sementara disisi lain mereka menutup mata seakan tidak mau tahu , bahwa sejak lahirnya undang undang migas, pihak swasta non bumn , juga selalu ditunjuk menyalurkan bbm bersubsubsidi oleh Pemerintah namun kenyataannya mereka mundur teratur , rugi besar, kalah bersaing dengan pertamina.
Disektor penjualan bbm non subsidi pun terbukti, perusahaan minyak asing yang katanya kelas dunia , Petronas , akhirnya gulung tikar dan menjual seluruh spbunya di negeri ini kepada Pertamina.
Rakyat negeri ini juga dengan mata telanjang bisa selalu membuktikan bahwa harga jual bbm non subsidi setara pertamax yang dijual spbu asing , harganya selalu lebih mahal dari harga jual Pertamina.
Menakar keuntungan Pertamina harusnya berdasarkan data yang akurat yang setidaknya bisa digali dari rilis rilis yang sudah resmi dipublikasikan oleh Pertamina.
Tahun 2015, Solar PSO Petamina bisa dikatakan memang untung 3,19 Trilyun, tapi untuk penjualan bbm Kerosene (minyak tanah) ternyata Pertamina rugi sekitar Rp.900 Milyar .
Penjualan Premium Penugasan Pemerintah , Pertamina berpotensi besar akan rugi sekitar Rp.5.9 Trilyun, belum lagi Premium untuk Jamali (Jawa Madura Bali) yg katanya BBM Umum tetapi faktanya harga jual Pertamina dipatok tidak boleh berbeda lebih dari Rp.100/liter dgn harga bbm penugasan pemerintah.
Karena itu lah spbu asing dan swasta yang ada di negeri ini tidak akan pernah mau menjual BBM Premium.
Jadi ini bukan karena monopoli bumn tetapi , swasta dan asing itu sendiri yang tidak mau rugi demi menyalurkan premium buat bangsa ini.
Jika kita hitung berdasarkan rilis yang pernah dipublish Pertamina, maka secara total, PSP dan penjualan bbm Penugasan Pemerintah, Pertamina dipastikan rugi lebih dari 300 juta usdol.
Tahun 2016, semester 1 , sesuai kebijakan Pemerintah memang BBM PSO & Penugasan “dibuat” untung , karena ini terkait keinginan Pemerintah untuk mendapatkan “bantalan dana” agar ketika harga minyak dunia naik, harga BBM PSO & Penugasan tetap tidak naik. Disamping pertimbangan Pemerintah kala itu adalah menjelang puasa dan lebaran iedul Fitri juga iedul Adha.
Dengan demikian, kita bisa menyimpulkan bahwa benar bisnis BBM PSO & Penugasan serta LPG PSO sampai semester 1 untung operasional cukup tinggi, tetapi perlu diingat , keuntungan itu belum termasuk pembebanan overhead kantor pusat, impairment, interest & tax, sehingga keuntungan nya jika kita hitung tidak lebih dari 300 juta usdol.
Dana keuntungan ini secara korporasi akan terkait pula untuk menutupi kerugian Pertamina akibat tidak naiknya harga jual bbm hingga September 2016.
Akibat kenaikan harga minyak dunia, dengan harga jual solar yang ditetapkan , Pertamina sudah rugi mulai Juli 2016 dan saat ini dengan harga minyak dunia yang fluktuatif diperkirakan kerugian Pertamina sudah mencapai Rp 650/liter. Silahkan ini hitung sendiri berapa kerugian yang ditanggung Pertamina saat ini.
Menariknya, jika Pertamina untung , hal ini malah menjadi “issue” yang sangat ramai , meski sebenarnya Pertamina jelas sudah terbaca melakukan banyak kerja keras yang juga sudah dipublish ke publik seperti diantaranya , efisiensi secara menyeluruh maupun inovasi produk2 baru non-subsidi.
Mirisnya, ketika Pertamina rugi besar dari bisnis PSO & Penugasan, ada pihak pihak tertentu yang rajin “mengecam Pertamina” malah tenang saja dan tidak bereaksi seakan senang jika bumn harus rugi. Anehkan dan bisa mungkin mereka adalah antek antek mafia migas yang berharap bumn pertamina selalu rugi.
Rakyat negeri ini pantas bertanya : “Apakah memang Pertamina tidak boleh untung dr PSO/Penugasan dan harus rugi yang seharusnya kerugian itu mestinya menjadi beban Pemerintah.
Mengapa pula BUMN lain seperti PLN , Bulog yang juga menjalan misi PSO boleh untung dan tidak dipermasalahkan.
Saya yakin data yg dipublish pihak tertentu bahwa keuntungan besar pertamina berasal dari penjualan bbm subsidi, sangat bisa dipelintir dicampurkan dengan sengaja dengan bisnis bbm khusus atau bbm non subsidi Pertamina seperti Pertalite, Pertamax dan Pertamax Plus/Turbo.
Akhir tahun ini , belum tentu Pertamina hasilkan laba dari penjualan bbm pso, bisa bisa malah rugi seperti tahun tahun lalu apabila Pemerintah tidak mempertahankan harga jual . Padahal, sebagai PT Persero, tentu saja Pertamina juga punya hak untuk dapat laba dari penjualan bbm PSO sebagaimana perusahaan2 lain termasuk AKR yg juga menyalurkan Solar PSO.
Pertamina bumn milik bangsa sepertinya diharapkan hancur dengan dikebiri dari segala sisi.
(red)
No comments so far.
Be first to leave comment below.