

Bangun PLTSa, Opsi Pemerintah Kurangi Volume Sampah
ENERGI TERBARUKAN March 17, 2022 Editor SitusEnergi 0

Jakarta, Situsenergi.com
Asisten Deputi Pengelolaan Sampah dan Limbah KemenkoMarves Rofi Alhanif mengatakan, pembangunan pembangkit listrik tenaga sampah atau PLTSa di sejumlah kota besar di Indonesia, menjadi opsi pemerintah dalam mengurangi volume sampah sekaligus meningkatkan sumber daya listrik yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat hingga industri.
“Opsi teknologi PLTSa bisa membantu mengurangi sampah atau mentransformasikan biaya-biaya eksternalitas agar menjadi lebih fokus,” kata Rofii dalam sebuah diskusi daring yang dipantau di Jakarta, Rabu (16/3/2022).
Lebih lanjut ia mengklaim teknologi PLTSa tidak menghasilkan dioksin dan furan karena proses pembakaran sampah pada suhu di atas 1.000 derajat Celcius. Zat beracun dioksin dan furan akan muncul apabila pembakaran sampah dilakukan pada suhu di bawah 600 derajat Celcius.
“PLTSa dipakai di berbagai negara bukan Indonesia saja, seperti Singapura, negara-negara maju di Eropa hingga Amerika,” kata Rofi.
Menurutnya, Pemerintah terus berupaya mengurangi masalah sampah melalui berbagai langkah strategis salah satunya dengan membangun PLTSa di sejumlah kota besar di Indonesia.
“Meskipun pembangunan PLTSa memerlukan investasi yang terbilang besar dibandingkan pembangkit listrik lainnya, namun teknologi ini efektif untuk mengurangi jumlah sampah,” ujarnya.
“Investasinya cukup besar tetapi apabila sampah tidak dikelola, maka dampak eksternal akan jauh lebih mahal,” lanjut dia.
Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2018 tentang percepatan pembangunan instalasi pengolahan sampah menjadi energi listrik berbasis teknologi ramah lingkungan.
“Regulasi ini diterbitkan agar pemerintah daerah tidak ragu untuk mengelola sampah menjadi listrik,” ucapnya.
Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran Martha Fani Cahyandito menambahkan, penerapan ekonomi sirkular akan mengurangi 20 persen sampah, namun jika melakukan ekonomi sirkular dapat menyebabkan peningkatan timbunan sampah 82 persen pada 2030.
“Ekonomi sirkular akan memberikan manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan yang signifikan. Secara global, Accenture memperkirakan model bisnis berbasis ekonomi sirkular akan memberikan manfaat sebesar 4,5 triliun dolar AS pada 2030,” tukasnya.
Tak hanya itu, lanjut dia, ekonomi sirkular juga akan menghemat penggunaan bahan baku utama berupa material energi, dan air; pemanfaatan alternatif bahan lain dan mereduksi limbah, penurunan emisi karbon dioksida, dan potensi menciptakan lapangan pekerjaan baru dengan sumber daya manusia yang kompeten.
“Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, konsep ekonomi sirkular menjadi bagian dari strategi pembangunan rendah karbon untuk mencap danai target pengurangan emisi gas rumah kaca sebesar 29 sampai 41 persen pada 2030,” tutupnya.(Ert/rif)
No comments so far.
Be first to leave comment below.