

Pemerintah Integrasikan Permintaan dan Pasokan EBT Lewat Pengembangan Industri Hijau
ENERGI TERBARUKAN December 1, 2021 Editor SitusEnergi 0

Jakarta, Situsenergi.com
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan, salah satu strategi yang akan didorong pemerintah untuk meningkatkan penggunaan energi baru terbarukan (EBT) adalah dengan mengintegrasikan permintaan dan pasokan EBT melalui pengembangan industri hijau.
Menurut Dadan, strategi tersebut, akan mampu menyeimbangkan sumber EBT yang tersedia dengan permintaan yang ada.
“Misal, untuk hydro (air), kita punya pasokan yang besar di Papua dan Kalimantan Utara. Karena pertimbangan sulitnya membawa energi ini ke pulau lain, maka pemerintah akan bawa industrinya ke situ,” ungkapnya dalam pembukaan Indonesia-German Renewable Energy Day 2021, Selasa (30/11/2021).
Lebih jauh ia mengatakan, pemerintah juga menerapkan dieselisasi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Dieselisasi juga disebutnya dapat menekan biaya karena penggunaan EBT.
“Strategi selanjutnya yaitu dengan mendorong penggunaan energi hijau untuk mendukung sektor perikanan,” kata Dadan Kusdiana.
Ditambahkan, strategi tersebut telah diimplementasikan di sejumlah pulau kecil di timur Indonesia atas kerja sama Kemenko Kemaritiman dan Investasi (Marves).
“Kami mengimplementasi panel surya untuk fasilitas cold storage di pulau kecil di timur Indonesia untuk mendukung sektor perikanan di area terpencil sehingga ekonominya bisa tumbuh,” rukasnya.
Masih menurut Dadan, dibutuhkan banyak inovasi untuk meningkatkan penggunaan EBT di setiap aktivitas di sektor permintaan.
“Dalam hal ini, startup juga didorong untuk bisa berkontribusi menyediakan solusi di sektor energi untuk bisa mencapai NDC dan target EBT di 2025,” tukasnya.
Ia juga mengungkapkan sejumlah strategi untuk meningkatkan penggunaan EBT khususnya dalam konsep desentralisasi, mulai dari regulasi panel surya hingga mendukung sektor perikanan.
“Desentralisasi pembangkit EBT penting untuk diwujudkan agar Indonesia bisa menjadi produsen independen sekaligus ikut berkontribusi terhadap capaian target EBT dalam bauran energi nasional,” ujarnya.
“Ada beberapa strategi yang kita bangun untuk meningkatkan EBT dalam konsep desentralisasi, pertama, implementasi rooftop solar program (PLTS Atap),” tambahnya.
Dadan menuturkan melalui mekanisme tarif ekspor impor listrik nett metering, ditargetkan penggunaan solar PLTS Atap akan mencapai 3,6 GW pada 2025.
“Ini juga akan berkontribusi untuk bisa mencapai target 26 persen EBT pada 2025. Sementara saat ini kita punya hampir 43 MW per Oktober 2021 dari PLTS Atap,” tutup Dadan pada acara yang ditayangkan secara daring itu.(Ert/rif)
No comments so far.
Be first to leave comment below.