Home MIGAS 7 Catatan IRESS Soal Kebijakan BBM Subsidi Penyebab Kelangkaan Pasokan Solar
MIGAS

7 Catatan IRESS Soal Kebijakan BBM Subsidi Penyebab Kelangkaan Pasokan Solar

Share
Lebih Efektif, INDEF Dukung Pembelian BBM Berbasis Rumah Tangga
Share

Jakarta, Situsenergi.com

Indonesia Resources Study (IRESS) menyoroti kebijakan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang disebut tak populis dan menyebabkan kekacauan dalam penyaluran BBM subsidi solar yang belakangan menjadi pembicaraan di publik.

Direktur Eksekutif IRESS, Marwan Batubara menjelaskan, dalam kasus kelangkaan solar pada sejumlah SPBU di Sumatera, Jawa dan Sulawesi, hingga menimbulkan antrian panjang, kemacetan, terhentinya nelayan Pantura melaut (Gresik, Lamongan, Tuban, dll.), dan terganggunya kegiatan ekonomi, publik banyak menyalahkan Pertamina. Padahal menurutnya, ada hal lain yang lebih fundamental menjadi penyebab kekacauan tersebut.

Pertama, dikatakan BBM langka karena stok dan pasokan perlu dikendalikan agar tidak melampaui kuota 2021 (15,8 juta kiloliter, kl).

“Artinya pasokan memang sengaja dikurangi agar kuota tidak terlampaui, terutama karena menyangkut pagu anggaran APBN,” ungkap Marwan kepada awak media, Rabu (3/11/2021).

Kedua, kata Marwan, kebutuhan BBM melonjak seiring meningkatnya aktivitas masyarakat karena pelonggaran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

“Ketiga, terjadi penyalahgunaan BBM terutama karena semakin besarnya disparitas harga BBM umum/non- subsidi dengan solar dan preminum. Selisih harga membesar karena semakin tingginya harga minyak dunia. Sementara harga solar dan premium tidak naik,” ungkapnya.

Keempat, ungkap Marwan, yaitu penyalahgunaan BBM semakin meningkat akibat lemahnya pengawasan, minimnya penegakan dan sanksi hukum, serta terlibatnya oknum-oknum terkait pada rantai pasok, distribusi, dan pengawasan.

“Kelima, solar langka akibat kenaikan harga minyak sawit/CPO, sebab BBM solar subsidi masuk program solar B30. Harga CPO telah naik sekitar 75 persen dibanding 2020, sehingga harga FAME sebagai campuran B30 ikut naik,” tuturnya.

Keenam, lanjutnya, pemerintah/BPH Migas gagal mengantisipasi naiknya permintaan saat PPKM direlaksasi, saat kehidupan “kembali normal”.

“Hal ini sebetulnya bisa dianalisis, karena permintaan menigkat secara gradual. Karena itu, langkah-langkah antisipatif mestinya mudah disiapkan, sehingga kelangkaan bisa dicegah,” tuturnya.

Terakhir, lanjut Marwan, kelangkaan BBM terjadi diyakini sebagai bagian upaya Pertamina mengatasi masalah cash flow. Karena harga minyak dunia terus naik, sementara harga solar dan premium tetap, maka beban subsidi dan kompenasi semakin besar.

“Memang subsidi dan kompensasi ini kelak dibayar pemerintah, namun karena jumlahnya terus membesar dan waktu pelunasan tidak pasti, maka keuangan Pertamina jelas terganggu,” pungkasnya. (SNU)

Share

Leave a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Articles

Pertamina Grand Prix of Indonesia Angkat Citra Lombok di Mata Dunia

Lombok, situsenergi.com Kesuksesan penyelenggaraan Pertamina Grand Prix of Indonesia 2025 kembali menjadi...

Dirut Pertamina Tinjau Paddock VR46 Racing Team di Ajang Pertamina Grand Prix of Indonesia 2025

Lombok, situsenergi.com Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Simon Aloysius Mantiri melakukan kunjungan...

Mahasiswa Berprestasi PGTC Pertamina Rasakan Pengalaman Berharga Menyaksikan MotoGP Mandalika

Lombok, situsenergi.com PT Pertamina (Persero) memberikan kesempatan istimewa kepada para mahasiswa berprestasi...

Pertamina Grand Prix2025 Dongkrak Ekonomi Warga, Warung Lokal Kebanjiran Pembeli

Lombok, situsenergi.com Hadirnya Pertamina Grand Prix of Indonesia 2025 membawa berkah bagi...