

Sentuh USD76 per Barel, Minyak Melesat ke Level Tertinggi Lebih dari Dua Tahun
MIGAS June 24, 2021 Editor SitusEnergi 0

Jakarta, Situsenergi.com
Harga minyak kembali menguat, Rabu, dimana minyak jenis Brent melejit melampaui USD76 per barel atau level tertinggi sejak akhir 2018. Hal itu terjadi setelah data menunjukkan stok minyak mentah Amerika menurun karena aktivitas perjalanan yang meningkat.
Persediaan minyak mentah Amerika menyusut 7,6 juta barel pekan lalu menjadi 459,1 juta barel, tutur Badan Informasi Energi, penurunan yang jauh lebih curam dari 3,9 juta barel yang diperkirakan sejumlah analis dalam jajak pendapat Reuters.
Stok di Cushing, Oklahoma, titik pengiriman untuk minyak mentah berjangka Amerika, berkurang 1,8 juta barel ke level terendah sejak Maret 2020. Permintaan bensin juga tercatat lebih tinggi minggu lalu.
“Orang-orang kembali menggunakan mobil mereka dan itu muncul dalam jumlah yang besar. Itu akan menjaga tekanan kenaikan pada harga,” kata Phil Flynn, analis Price Futures Group di Chicago, dikutip dari Reuters.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup naik 38 sen, atau 0,5 persen, menjadi USD75,19 per barel, demikian mengutip laporan Reuters, di New York, Rabu (23/6) atau Kamis (24/6) pagi WIB. Pada sesi itu Brent sempat menyentuh USD76,02 per barel setelah data EIA dirilis, itu adalah level tertinggi sejak Oktober 2018.
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) bertambah 23 sen, atau 0,3 persen, menjadi menetap di USD73,08 per barel setelah mencapai USD74,25 per barel, juga tingkat tertinggi sejak Oktober 2018.
Depresiasi dolar AS juga mendorong harga minyak mentah, membuatnya lebih murah bagi pembeli yang memegang mata uang lainnya.
“Pengurangan persediaan dapat memberikan alasan lain bagi aliansi OPEC Plus untuk meningkatkan produksi lebih lanjut dari Agustus, dan pertemuan pekan depan diprediksi menjadi bahan bagi kebijakan dan harga ke depan,” kata analis Rystad Energy, Louise Dickson.
Brent meroket lebih dari 45 persen tahun ini, didukung pengurangan pasokan yang dipimpin Organisasi Negara Eksportir Minyak dan sekutunya (OPEC Plus), dan karena pelonggaran pembatasan virus corona meningkatkan permintaan. Beberapa eksekutif industri berbicara tentang minyak mentah kembali ke posisi USD100 untuk pertama kalinya sejak 2014.
“Permintaan yang mendasarinya di pasar fisik berarti setiap koreksi yang lebih rendah akan tetap dangkal dan pendek,” kata Jeffrey Halley, analis OANDA.
OPEC Plus, yang bertemu pada 1 Juli, membahas pelonggaran lebih lanjut dari rekor penurunan produksi tahun lalu dari Agustus, tetapi tidak ada keputusan yang dibuat, tutur dua narasumber, Selasa.
Permintaan global diperkirakan meningkat lebih lanjut pada semester kedua tahun ini, meski OPEC Plus juga menghadapi prospek kenaikan pasokan Iran jika perundingan dengan kekuatan dunia mengarah pada dihidupkan kembali kesepakatan nuklir Teheran 2015.
Rabu, Iran mengatakan Amerika Serikat setuju untuk menghapus semua sanksi terhadap minyak dan pengiriman Iran, meski Jerman memperingatkan sejumlah masalah besar tetap ada dalam perundingan tersebut.
“Jika memang sanksi dicabut dan Iran bebas untuk meningkatkan produksi dan ekspor, ini dapat menyebabkan reaksi harga, tetapi permintaan yang terus meningkat akan menyerap barel ekstra dan harga tidak akan mengalami guncangan besar,” kata Dickson. (SNU/RIF)
No comments so far.
Be first to leave comment below.