

Sumur YYA-1 Akan Dioperasikan Lagi, PHE Tunggu Hasil Kajian
ENERGI November 7, 2019 Editor SitusEnergi 0

Jakarta, Situsenergy.com
PT Pertamina Hulu Energi (PHE) berencana akan kembali mengaktifkan produksi pada relief well di sumur YYA-1 yang belum lama ini terjadi insiden kebocoran. Namun untuk memastikan keamanannya, PHE masih akan hasil kajian agar tidak terjadi hal-hal yang lebih buruk lagi.
Dengan dijadikan sumur produksi diharapkan produksi minyak dan gas (migas) nasional bisa bertambah. Untuk kajian keamanan sendiri ditargetkan akan selesai sebelum akhir tahun ini, sehingga pengembangannya bisa segera dilakukan sejak awal 2020.
Direktur Operasi dan Produksi PHE, Taufik Aditiyawarman, mengatakan bahwa saat ini pihaknya sudah berhasil melakukan penutupan kebocoran di sumur YYA-1. Untuk itu potensi pengembangan sumur ini bisa dimanfaatkan untuk memproduksi cadangan migas yang tersisa di sekitar sumur YYA.
“Nanti rencananya development (pengembangan) relief well salah satu opsi. Masih ada tiga opsi lainnya apakah kita mau merecover dari tempat lain, tapi most likely itu yang dari relief well (jadi sumur produksi),” kata Taufik di Jakarta, Kamis (7/11).
Menurut Taufik, nantinya kajian pengembangan relief well akan disampaikan terlebih dulu kepada PT Pertamina (Persero) sebagai induk usaha. Salah satu kajian yang sedang dilakukan adalah menghitung sisa cadangan migas serta berapa biaya yang dibutuhkan. Namun dipastikan jika relief well dijadikan sumur produksi kebutuhan biayanya tidak akan terlalu besar.
“Sebelum akhir tahun kajiannya sudah firm. development kapan, time line dan lain-lain. Kami harus ajukan lagi kajian keekonomian ke Persero. Kami harus menghitung cadangan yang sudah keluar berapa, kan beda,” ungkap Taufik.
Proyek YY sendiri sebenarnya menjadi salah satu andalan untuk menahan penurunan produksi migas nasional tahun ini. Dalam proyeksi SKK Migas, proyek YY harusnya bisa menambah produksi minyak rata-rata 4.602 barel per hari (bph) dan gas sebesar 25 juta kaki kubik per hari (mmscfd).
PHE kata dia juga tengah menunggu kajian Kementerian Lingkungan Hidup untuk memastikan minyak yang masih bisa dimanfaatkan untuk kemudian bisa tercatatkan sebagai lifting minyak. Hingga 25 Oktober 2019 jumlah minyak yang berhasil tertangkap namun masih terkandung air di laut sebanyak 6,73 juta liter, sementara untuk minyak yang masih dikarung dan didapatkan dari darat atau pantai tercemar minyak 5,94 juta karung.
“Ini lagi dikaji oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), proposal kami untuk recover-nya seperti apa. KLHK minta prosedur segala macam, nah kami sudah submit. Paling cepat dua minggu (keputusan) di-submit Jumat kemarin,” kata Taufik. (DIN/rif)
No comments so far.
Be first to leave comment below.