

Program Langit Biru Pertamina Beri Efek Positif Bagi Manusia dan Lingkungan
MIGAS February 10, 2022 Editor SitusEnergi 0

Jakarta, Situsenergi.com
Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan mengatakan, program langit biru yang dilakukan oleh Pertamina mendapat sambutan dan edukasi yang tepat serta memberikan efek positif bukan hanya kepada manusia tetapi juga pada lingkungan sesuai dengan komitmen yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.
“Hal ini juga didukung kebijakan Pertamina yang sudah 2 tahun ini tidak pernah menyesuasikan harga BBM Pertamax. Apa yang dilakukan oleh Pertamina harus diapresiasi oleh semua pihak termasuk konsumen karena hal ini merupakan bentuk dukungan bagi program pemerintah,” kata Mamit dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Kamis (10/2/2022).
Ia juga mengapresiasi dukungan Pertamina untuk tetap menahan harga Pertamax agar daya beli masyarakat tetap terjangkau di tengah pandemik yang kemarin melanda Indonesia.
“Saya secara pribadi maupun organisasi mengapresiasi apa yang sudah dilakukan oleh Pertamina. Hanya saja, kita juga mesti paham bahwa saat ini harga minyak dunia sedang mengalami kenaikan yang cukup signifikan,” ujarnya.
“Jika Pertamina terus bertahan dengan kondisi saat ini, saya yakin sekali akan membuat keuangan mereka menjadi tertekan mengingat Pertamax merupakan BBM Umum yang tidak mendapatkan kompensasi apa-apa dari Pemerintah,” tambah Mamit.
Lebih jauh ia mengatakan, harga minyak dunia saat ini yang mencapai nilai tertinggi sejak Oktober 2014 lalu yaitu di angka USD 94/barrel untuk jenis Brent dan WTI di angka USD 92.31/barrel ini bisa dipastikan akan memberikan tekanan kepada Pertamina terutama sektor hilir.
“Hal ini karena Pertamina sendiri tidak bisa melakukan penyesuian harga BBM Umum mereka yaitu Pertamax dan Pertalite sejak Februari 2020, sementara harga minyak dunia terus mengalami kenaikan mulai Juni 2020. Pertamina bisa mengalami kerugian yang cukup dalam,” jelasnya.
Oleh karena itu, pihaknya mendorong Pertamina untuk menyesuaikan harga BBM Pertamax sesuai dengan keekonomiannya mengingat Pertamax adalah BBM Umum.
“Saya juga meminta kepada pengguna setia Pertamax untuk tidak lari ke BBM dengan RON yang lebih rendah ataupun gaduh karena SPBU swasta sudah berkali-kali melakukan penyesuaian harga BBM mereka,” kata Mamit.
“Hal ini wajar saja, karena memang sudah diatur dalam KepMen ESDM No 20/2021 Pasal 8 Ayat (1) dimana harga jual eceran dihitung dan ditetapkan oleh Badan Usaha. Selain itu, pengguna Pertamax juga patut berbangga karena sudah membantu beban keuangan pemerintah terkait dengan subsidi bbm ini,” papar Mamit.
Ia juga mengusulkan kepada pemerintah agar memberikan kompensasi kepada Pertamina untuk jenis BBM Pertalite menjadi 100%, bukan hanya 50% sebagaimana diatur dalam Perpres 117/2021. Hal ini bisa dilakukan dengan pertimbangan konsumsi BBM RON 88 (Premium) sudah sangat minim sekali.
“BBM RON 88 sudah seharusnya dihapuskan karena sudah tidak sesuai dengan komitmen pemerintah untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Saat ini hanya 7 negara yang masih menggunakan BBM Ron 88 yaitu Bangladesh, Kolombia, Mesir, Mongolia, Ukrainan, Uzbekistan dan Indonesia. Jadi sudah sepatutnya tidak dipasarkan lagi di Indonesia,” tukasnya.
Komitmen Terhadap Paris Aggrement
Menurut Mamit, Pemerintah juga terus berupaya untuk memenuhi komitemen yang disepakati dalam Paris Aggrement pada 2015 atau COP 21 pada Desember 2015 untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 29% dengan kemampuan sendiri dan 41% dengan bantuan internasional pada 2030 yang akan datang.
“Salah satu bentuk upaya tersebut adalah diterbitkannya Permen LHK No 20 Tahun 2017 tentang Penerapan Bahan Bakar Standar Euro 4. Di mana salah satu bleid dalam Permen tersebut adalah penggunaan BBM dengan minimal RON 91 dan CN 51,” tukasnya.
“Kebijakan ini memang belum berjalan seutuhnya mengingat saat ini konsumsi BBM di Indonesia masih ada yang menggunakan RON 88 dan RON 90. Namun, perlahan tapi pasti penggunaan BBM RON 92 terus mengalami peningkatan,” tambah ada Mamit
Hal ini, kata dia, bisa dilihat dari penggunaan BBM Pertamax di tahun 2021 mencapai 20% dari total konsumsi gasoline, atau lebih tinggi jika dibandingkan tahun 2020 yang hanya di angka 12% dari total konsumsi gasoline.
“Ini menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat untuk menggunakan BBM dengan RON yang lebih tinggi seperti BBM RON 92 ke atas sudah mulai tumbuh, dan sudah menjadi gaya hidup bagi masyarakat Indonesia,” ujarnya.
Bahkan menurut Mamit, dengan hadirnya Pertashop di desa-desa dan penjualan Pertamax meningkat, menjadi indikasi bahwa masyarakat di pedesaan pun sudah sadar pentingnya menggunakan BBM RON tinggi.
“Penggunaan BBM RON tinggi saat ini sudah menjadi kebanggan tersendiri bagi para penggunanya. Mereka akan mentertawakan atau tersenyum sinis jika ada pengguna kendaraan baik itu mobil maupun motor terutama keluaran baru masih menggunakan BBM RON rendah. Hal ini membuktikan bahwa edukasi terkait manfaat dari BBM RON tinggi sudah berjalan dengan cukup baik,” tutup Mamit.(SL)
No comments so far.
Be first to leave comment below.