Logo SitusEnergi
Produk Sawit Nasional 70 Persennya Untuk kebutuhan Global Produk Sawit Nasional 70 Persennya Untuk kebutuhan Global
Jakarta, Situsenergi.com Industri sawit nasional diyakini akan terus memberikan kontribusi yang besar terhadap perekonomian nasional. Pasalnya produk dari CPO selama ini menjadi daya dobrak... Produk Sawit Nasional 70 Persennya Untuk kebutuhan Global

Jakarta, Situsenergi.com

Industri sawit nasional diyakini akan terus memberikan kontribusi yang besar terhadap perekonomian nasional. Pasalnya produk dari CPO selama ini menjadi daya dobrak bagi ekspor komoditas. Setidaknya 70 persen produk CPO dan turunannya dari total produksi per tahun diekspor untuk pemenuhan kebutuhan global.

Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Kanya Lakhsmi Sidarta mengatakan hingga saat ini, produk turunan sawit sudah merambah ke bidang makanan, kecantikan, obat-obatan atau nutrisi kesehatan, kebersihan, bahkan energi untuk bahan bakar hingga listrik. Selain dapat diolah menjadi bahan bakar diesel, dalam pengembangan lebih lanjut juga dapat diolah menjadi bensin dan avtur.

“Lebih dari 50 persen digunakan masyarakat internasional untuk kebutuhan pangan, sisanya digunakan sebagai bahan baku kosmetik dan produk kecantikan, obat-obatan, pembersih, dan lain sebagainya, bahkan juga untuk kebutuhan biofuel di negara lain. Dari total ekspor tersebut, sekitar 80 persen berupa produk turunan CPO,” kata Kanya dalam keterangannya, Senin (31/5/2021).

Hingga saat ini perkebunan kelapa sawit dan pabrik kelapa sawit telah tersebar lebih dari 200 kabupaten di Indonesia. Produksi minyak sawit mentah (CPO), minyak sawit inti (PKO), dan biomass telah menjadi penopang perekonomian bagi daerah-daerah sentra industri sawit tersebut.

BACA JUGA   Gandeng ACWA Power, Pertamina Ngebut Kembangkan Energi Bersih Hingga ke Level Global

Dikatakannya bahwa sektor hilir sawit juga berkembang dengan produk olahan, baik produk setengah jadi maupun produk jadi. Termasuk di dalamnya, industri oleo pangan, industri oleokimia, biolubrikan, biofarmasi, dan bioenergi (biodiesel, biopremium, bioavtur). Industri sawit juga mampu menghidupkan sektor jasa lainnya, salah satunya perdagangan.

Sebelumnya Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati bahkan mengatakan bahwa industri kelapa sawit menyumbang lebih dari 14 persen dari total penerimaan devisa ekspor nonmigas. Kelapa sawit juga digunakan oleh pemerintah untuk mengurangi ketergantungan pada impor minyak melalui program biodiesel. Karena itu, Indonesia masih harus terus mengembangkan hilirisasi industri sawit untuk mendorong peningkatan kegiatan perekonomian dalam negeri.

“Tidak hanya untuk meningkatkan nilai ekonomi, tapi juga kesempatan kerja dan kemandirian untuk sektor pangan maupun sektor lainnya,” sambungnya.

GAPKI menyatakan industri sawit bakal mampu menjadi big-push industry yang juga memiliki big-impact dalam perekonomian Indonesia. Industri ini telah membuka lapangan pekerjaan yang cukup banyak, bahkan tidak terdampak pandemi yang mengakibatkan pemutusan hubungan kerja (PHK) bagi para pekerjanya, serta menghasilkan devisa ekspor yang besar. Lebih dari 16 juta pekerja bekerja di industri sawit, yakni 4,2 juta tenaga kerja langsung, dan 12 juta tenaga kerja tidak langsung. Selain itu, juga ada lapangan pekerjaan yang terkait, yakni ada sekitar 2,4 juta petani sawit swadaya yang melibatkan sekitar 4,6 juta pekerja.

BACA JUGA   Situasi Memanas, Pertamina Evakuasi Pekerja dari Irak Demi Keselamatan Nyawa

“Melalui industri sawit, Indonesia bisa membangun kedaulatan energi,” kata dia.

Terkait hal tersebut, Indonesia telah mengembangkan energi substitusi terbarukan (renewable energy) sejak beberapa tahun lalu melalui kebijakan mandatori biodiesel sawit yang saat ini telah menjadi B30. Melalui kebijakan mandatori B15 (2015) dan B20 (2016), Indonesia mampu menurunkan BBM impor yang secara otomatis menghemat devisa impor. Pada 2015 setidaknya terjadi penghematan sebesar USD 5,6 miliar. Sedangkan, pada 2020 berdasarkan data Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi), tercatat volume biodiesel yang terserap untuk program B30 mencapai 8,4 juta kiloliter.

“Artinya, terdapat penghematan devisa impor solar fosil sebesar USD2,66 miliar dengan menggunakan harga rata-rata MOPS (Mean of Platts Singapore) solar sebesar USD50 per barel,” pungkasnya. (DIN/RIF)

No comments so far.

Be first to leave comment below.

Your email address will not be published. Required fields are marked *