

Pengamat: Ada yang Incar Bisnis Avtur Pertamina
ENERGIOPINI November 27, 2019 Editor SitusEnergi 0

Jakarta, Situsenergy.com
Pengamat Kebijakan Energi, Sofyano Zakaria menduga, bisnis avtur tanah air untuk kepentingan tansportasi udara negeri ini yang selama ini dilayani oleh PT Pertamina (Persero) saat ini tengah diincar pihak lain.
Hal ini terindikasi dari adanya suara-suara yang mempermasalahkan soal harga avtur Pertamina yang selama ini sudah mengikuti Keputusan Menteri ESDM Nomor 17K Tahun 2019. “Sangat tidak mungkin Pertamina menjual avtur dengan harga yang bertentangan dengan Kepmen ESDM tersebut. Artinya harga jual avtur Pertamina sudah sesuai dan memenuhi ketentuan pemerintah,” kata Sofyano kepada Situsenergy.com di Jakarta, Rabu (28/11).
Dengan demikian, kata dia, jika ada oknum-oknum yang bersuara mempermasalahkan soal harga jual avtur Pertamina bisa dipahami publik bahwa yang bersangkutan tidak paham soal aturan main terkait harga avtur. “Atau bisa saja mereka itu orang-orang yang punya kepentingan lain yakni bertujuan ingin berbisnis avtur juga tapi masuknya dengan cara yang tidak elegan . Disisi lain dapat dipahami pula bahwa Pertamina yang selama ini sudah berbuat banyak bagi kepentingan transportasi udara negeri ini sedang diincar bisnisnya,” tukasnya.
Terkait harga avtur , Lebih jauh ia mengungkapkan , untuk Posting Price avtur atau bbm non subsidi industri marine , sangat biasa pada transaksi yang terjadi masih bisa ada diskon dan ini bisa tergantung hasil nego, volume, dan cara pembayaran. “Jadi harga transaksi bisa lebih rendah dari harga posting tersebut. Namun untuk di Indonesia masih ditambah PPn, PPh dan iuran BPH Migas, sementara di luar negeri tidak ada lagi biaya-biaya tersebut. Jadi pajak dan pungutan itulah yang sesungguhnya bikin harga avtur di negeri ini jadi mahal dan ini justru timbul akibat kebijakan pemerintah, bukan semata disebabkan oleh pebisnis avtur itu sendiri. Ini harus dipahami,” paparnya.
Soal harga avtur juga sangat berpengaruh dengan volume pembelian dan lokasi bandara . Sebagai contoh, kata dia, di Singapore penjualan avtur sehari mencapai 14.500 kiloliter dengan lokasi kilang berjarak 10 km yang disalurkan lewat pipa. Sementara di Indonesia, sehari penjualan 15.000 KL dengan jumlah penyebaran 68 titik penjualan/DPPU yang tersebar di berbagai daerah.
“Harus diingat juga bahwa penyaluran avtur di daerah daerah remote dengan volume kecil ini juga membuat biaya penyaluran menjadi mahal, dan ini tak terjadi di luar negeri apalagi seperti di Singapura. Jadi menurut saya wajar saja jika harga untuk itu agak sedikit mahal dari Singapore,” tandasnya.
Menurut Direktur Pusat Studi Kebijakan Publik (Puskepi) ini, komponen pada harga avtur di Indonesia memang sangat berbeda dengan Singapura, karena adanya pembebanan PPN 10 persen, PPh dan Iuran BPH Migas. “Dan ini tidak terdapat di Singapura. Hal inilah yang bisa membuat harga BBM apapun jadi lebih mahal. Namun kenyataannya dari Posting Price harga avtur misalnya pada bulan September 2019 terbukti harga avtur Pertamina tidaklah mahal sebagaimana dikeluhkan,” pungkasnya.(adi)
No comments so far.
Be first to leave comment below.