

Minyak Dunia Relatif Stabil, Kekhawatiran Rendahnya Permintaan BBM Akibat Corona Mereda
ENERGI August 6, 2020 Editor SitusEnergi 0

Melbourne, SitusEnergy.com
Harga minyak dunia hari ini relatif stabil. Minyak berjuang untuk mempertahankan level tertinggi lima bulan yang dicapai pada sesi sebelumnya, karena kekhawatiran permintaan bahan bakar yang disebabkan gelombang kedua infeksi virus corona melebihi depresiasi dolar AS.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), patokan Amerika Serikat, turun 3 sen, atau 0,1%, menjadi US$42,16 per barel pada pukul 08.48 WIB, sementara minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, naik 6 sen menjadi US$45,23 per barel, demikian laporan Reuters, di Melbourne, Kamis (6/8/2020).
Dua kontrak tersebut melonjak lebih dari 1% pada penutupan Rabu ke level tertinggi sejak 6 Maret, melengkapi reli empat hari, setelah Badan Informasi Energi melaporkan penurunan stok minyak mentah AS jauh lebih besar dari ekspektasi.
Namun, investor tetap waspada terhadap peningkatan persediaan produk olahan AS, saat pejabat Federal Reserve mengatakan kebangkitan kasus infeksi virus korona memperlambat pemulihan ekonomi di konsumen minyak terbesar dunia itu.
Data EIA menunjukkan stok produk distilasi, meliputi minyak solar dan pemanas, naik ke level tertinggi dalam 38 tahun, dan persediaan bensin secara tak terduga meningkat untuk pekan kedua berturut-turut.
“Sulit untuk menjadi terlalu konstruktif terhadap pasar minyak dengan permintaan terhenti dan produk olahannya overhang,” kata ING Economics, Kamis.
EIA menghitung permintaan bensin tetap di kisaran 8,6 juta barel per hari, sekitar 10% lebih rendah dari tahun sebelumnya, tepat saat musim mengemudi di Amerika, yang disebut ANZ Research sebagai ‘periode permintaan musiman terbesar di dunia’ mereda.
Namun, pelemahan dolar AS baru-baru ini mendukung harga minyak bergerak lebih tinggi. Karena minyak berjangka dihargakan dalam dolar, harga minyak mentah cenderung naik untuk mengimbangi mata uang yang lebih lemah.
“Karena minyak dihargai dalam dolar, itu bagus bagi komoditas tersebut,” kata analis AxiCorp, Stephen Innes.
Indeks Dolar (Indeks DXY) mencatat persentase penurunan bulanan terbesar dalam satu dekade terhadap sekeranjang enam mata uang pada Juli, dan jajak pendapat Reuters menunjukkan sejumlah analis memperkirakan greenback melanjutkan depresiasi hingga tahun depan. (SNU/rif)
No comments so far.
Be first to leave comment below.