

Menteri ESDM: Untuk Capai Target Kurangi Emisi Butuh Pendanaan Besar
ENERGI January 19, 2023 Editor SitusEnergi 0

Jakarta, Situsenergi.com
Menteri ESDM Arifin Tasrif menyampaikan bahwa untuk mencapai target mengurangi emisi yang cukup ambisius, dibutuhkan kemampuan pendanaan yang besar pula. Dan tidak semua negara punya kapasitas untuk itu. Negara maju, negara berkembang, dan negara belum berkembang punya kemampuan yang berbeda dalam pendanaan.
“Di sini, kita memerlukan bantuan dan dukungan dari organisasi keuangan untuk menciptakan keseimbangan global melalui mobilisasi pendanaan dengan mekanisme yang sederhana dan lebih mudah dipahami, sehingga bisa diakses dan terjangkau untuk semua,” ujar Arifin dalam keterangannya yang dikutip di Jakarta, Rabu (18/1/2023).
Menurut Arifin, Indonesia telah menetapkan peta jalan secara detail yang membutuhkan investasi senilai 2,5 triliun dolar AS, yang mana lebih dari separuh akan diserap oleh sektor energi.
“Bisa dibayangkan atau tidak, berapa banyak uang yang kami perlukan untuk mencapai NZE secara global? Pada 2022, di Indonesia, realisasi investasi adalah 1,97 miliar dolar, sementara total rencana investasi sampai 2025 adalah 57,9 miliar dolar, sampai 2030 adalah 125,9 miliar dolar, ada penambahan investasi 68 miliar dolar dari 2025,” jelas Arifin.
“Kami juga mengundang investor untuk mendukung upaya Indonesia menjalankan transisi energi dan NZE, juga membuka peluang kolaborasi dengan negara mitra maupun organisasi internasional. Kami sangat senang bisa berdiskusi dengan hadirin sekalian,” tukasnya.
Ia juga mengungkapkan soal pendanaan transisi energi Indonesia saat menghadiri Forum Ekonomi Dunia (The World Economic Forum/WEF) 2023, yang digelar di Davos, Swiss. Pada kesempatan itu, ia menyampaikan agenda Indonesia dalam transisi energi dan mencapai target net zero emission pada 2060 atau lebih cepat.

Pemerintah Indonesia telah menetapkan target untuk membatasi kenaikan suhu global di bawah dua derajat Celcius, sedapat mungkin 1,5 derajat Celcius, dibandingkan dengan tingkat sebelum masa industri, sesuai dengan Paris Agreement.
“Angka ini kelihatannya kecil, tapi ini dapat menciptakan transformasi secara masif, seperti revolusi industri dan inovasi teknologi yang mendatangkan momentum bagi pertumbuhan ekonomi,” ujarnya.
Arifin juga menyadari bahwa kemampuan setiap negara berbeda untuk mencapai target yang ditetapkan, namun dirinya menegaskan bahwa komitmen Pemerintah Indonesia tetap sama.
“Tahun-tahun berlalu, namun komitmen kami, pemerintah Indonesia, tetap sama. Kita menyadari bahwa kemampuan setiap negara untuk mencapai target yang ditetapkan di Paris Agreement berbeda-beda, bergantung kepada situasi masing-masing negara dan ketersediaan potensi sumberdaya di negara itu. Itu sebabnya, jalan yang ditempuh akan berbeda pula, mempertimbangkan aspek-aspek di atas,” paparnya.
Menurut Arifin, menetapkan strategi, program, dan target menuju transisi energi adalah hal yang lebih mudah. Tantangan terbesarnya adalah implementasi nyata menuju transisi energi dan memastikan keterjangkauan energi oleh masyarakat.
“Bagian paling sulit adalah implementasi konkret menuju transisi energi, memastikan keterjangkauan energi oleh rakyat, aksesibilitas dan dekarbonisasi yang berlangsung dalam waktu yang relatif singkat,” katanya.
Ia juga menyadari Indonesia dan juga banyak negara lain, terutama negara berkembang, masih mengandalkan sumber energi fosil, sehingga guna mencapai target transisi energi, pemanfaatan sumber energi terbarukan menjadi penting.
“Dalam kondisi demikian, diperlukan komitmen tinggi dan semangat kolaborasi yang kuat, sehingga tidak ada masyarakat yang tertinggal di belakang, terutama yang masih bergantung kepada energi fosil. Bumi di mana kita tinggal telah menyediakan begitu banyak sumber EBT, tanggung jawab kita adalah mengambil manfaat dari sumber daya yang ada untuk kemanfaatan bagi rakyat,” sambungnya.
Arifin juga menekankan soal pentingnya mineral sebagai bahan pendukung yang penting bagi industri untuk transisi energi.
“Saya percaya bahwa kita perlu memberikan perhatian lebih untuk mengoptimalkan sumber daya mineral tersebut, termasuk dalam fase pemrosesan,” tutup Arifin.(Ert/SL)
No comments so far.
Be first to leave comment below.