

Mamit : Harga Avtur Jadi Kambing Hitam Untuk Rebut Bisnis BUMN Pertamina
ENERGIOPINI February 13, 2019 Editor SitusEnergi 0

Jakarta, situsenergy.com
Saya kira terkait dengan polemik harga avtur yang katanya mahal ini kita mesti bedah lebih dalam lagi, ujar Mamit Setiawan Direktur Energy Watch kepada Situsenergy.com
Sebagaimana kita ketahui bahwa harga avtur itu dipengarhui oleh harga minyak dunia dan juga kurs rupiah terhadap dollar. Selain itu,komponen distribusi avtur juga menjadi salah satu penentu harga avtur. Jika avtur dijadikan sebagai komponen tertinggi biaya operasional, sangat tidak fair karena di dalam komponen perhitungan harga tiket, biaya bahan bakar hanya dikenakan sebesar 24% dari harga tiket berdasarkan data Komponen Biaya maskapai yang dikeluarkan oleh Kementrian Perhubungan. Untuk biaya avtur sendiri, sebagai Negara yang termasuk net importir minyak, Indonesia menetapkan harga yang cukup kompetitif dibandingkan dengan Negara lain, lanjut Mamit .
Sebagai perbandingan, harga per barrel avtur di Bandara Internasional Soekarno Hatta sebesar 107,7 US Dollar, dibandingkan dengan bandara King Abdul Aziz Arab Saudi yang mencapai 112 US Dollar, padahal Arab Saudi terkenal sebagai Negara penghasil minyak Dunia.
Selain itu,berdasarkan data yang dikeluarkan aeroportos, harga Avtur di Cengkareng hanya 0.476$/liter jauh lebih murah jika dibandingkan dengan Avtur di Bandara Chiang Mai Thailand sebesar 0.526$ perliter. Di Bandara Dili Timor Leste,harga avtur adalah sebesar 0.875$ per liter. Jadi anggapan bahwa harga avtur Pertamina paling mahal di Asean adalah salah besar. Harga avtur Pertamina masih bersaing dan kompetitif dengan harga avtur di negara lain.
Mamit menambahkan , Perlu dipahami juga,Pertamina harus mensuply avtur ke bandara yang masuk katagori remot. Sehingga mereka harus melalukan subdisi silang. Mengingat,transportasi udara adalaha salah satu cara dalam meningkatkan perekonomian di wilayah tersebut. Jika disesuaikan dengan harga ke ekonomian , maka harga avtur akan tinggi sekali di daerah tersebut.
Jika swasta ingin masuk dalam bisnis avtur,maka mereka harus bermain di wilayah remote juga.
“Pemerintah jangan hanya memberikan ijin kepada swasta untuk bermain di wilayah gemuk atau bandara-bandara besar saja. Swasta juga harus bisa membantu PERTAMINA dalam fungsi mereka sebagai PSO” lanjut pengamat energy nasional itu.
Lebih jauh ia mengatakan: “ Dengan demikian,persepsi bahwa avtur PERTAMINA mahal dan menyebabkan harga tiket mahal serta sepinya penumpang adalah pendapat yang menyesatkan dan sangat tidak benar.
“ Harga avtur telah terkesan dijadikan kambing hitam saja Mentri BUMN harus menegur Dirut Garuda selaku ketua INACA yang pertama kali melontarkan soal isu mahalnya avtur ini” tambahnya. (irl)
No comments so far.
Be first to leave comment below.