Home ENERGI KRITIK DIRUT PERTAMINA SOAL HARGA MINYAK KKS YANG LEBIH MAHAL DARI IMPOR TERASA PEDAS BAGI PEMERINTAH
ENERGIOPINI

KRITIK DIRUT PERTAMINA SOAL HARGA MINYAK KKS YANG LEBIH MAHAL DARI IMPOR TERASA PEDAS BAGI PEMERINTAH

Share
Share

Oleh : Salamuddin Daeng

Pernyataan Ibu Nicke Widyawati yang menyatakan harga minyak kontraktor minyak swasta dan asing dalam negeri (KKS) yang lebih mahal dari minyak impor, memang harus menjadi perhatian pemerintah, yakni presiden, ESDM dan SKK migas serta pihak pihak yang selama ini sering mengecam Pertamina.

Penjelasan Dirut pertamina merupakan sebuah permintaan kepada presiden Joko Widodo dan para pembantunya untuk memikirkan ulang kebijakan yang hendak membatasi pertamina melakukan impor minyak mentah, disaat kondisi perminyakan nasional tidak kondusif.

Pertamina oleh pemerintah diharuskan menyerap produksi minyak nasional dan mengurangi impor. Sebagian besar produksi minyak mentah nasional dikuasai swasta. Hanya sebagian kecil yang diusahakan Pertamina. Sementara Pertamina harus membeli dari swasta dengan harga yang sangat mahal, jauh lebih mahal dari harga internasional.

Selain itu pembelian minyak mentah oleh Pertamina kepada KKS juga menggunakan dolar. Jadi sama saja dengan impor. Tidak ada bedanya sama sekali. Pembelian dengan dolar inilah yang menjadi penyebab defisit transaksi berjalan, karena dolar perusahaan swasta asing tidak ada yang diempatkan di bank atau lembaga keuangan dalam negeri dan tidak dipindahkan menjadi rupiah.

Penyebab lain mengapa harga minyak mentah dari KKS lebih mahal adalah dikarenakan kegiatan hulu migas Indonesia memang belum baik, cost produksi yang negitu mahal, suku bunga di dalam negeri yag tinggi, stabilitas moneter yang buruk, perijinan yang berbelit belit, korupsi dan kolusi yang parah, pajak yang beraneka jenis, pungutan tidak resmi dan lain sebagainya.

Pernyataan Bu Nicke merupakan kritik pedas kepada para pengambil kebijakan agar berhati hati dalam membuat keputusan karena itu bisa membuat pertamina kesulitan cash flow, rugi, sementara beban kewajiban kepada negara sangat besar. Pernyataan ini juga berarti sebuah permintaan agar pemerintah segera membenahi lingkungan ekonomi, investasi hulu minyak dan gas di tanah air yang sekarang memang masih amburadul.[•]

Share

Leave a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Articles

Kendaraan Bermotor Listrik: Antara Harapan dan Kenyataan

Oleh : Sofyano ZakariaPengamat Kebijakan Energi Program akselerasi kendaraan bermotor listrik (KBL)...

LPG, LNG, CNG dan Kompor Induksi, Solusi Emak Emak Swasembada Energi Di Dapur

Oleh : Salamuddin Daeng Ada banyak sebetulnya pilihan bahan bakar yang dapat...

Cerai Secara UU, Rujuk Secara Operasional: Kisah tentang Organisasi Pertamina

Oleh : Prof Dr Andy Noorsaman S ,DEA,IPUGuru Besar UI. Pertamina adalah...

JDS Sukses Lahirkan SDM Unggul Di Sektor Migas, Pertamina Beri Apresiasi

Jakarta, situsenergi.com Jakarta Drilling Society (JDS) sebagai organisasi non-profit ini terus memfasilitasi...