Logo SitusEnergi
Khawatir Gas Langka, Negara Eropa Mulai Beralih ke Batubara Khawatir Gas Langka, Negara Eropa Mulai Beralih ke Batubara
Jakarta, Situsenergi.com Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama Kementerian ESDM Agung Pribadi mengatakan, ketegangan geopolitik yang terjadi di Eropa Timur antara... Khawatir Gas Langka, Negara Eropa Mulai Beralih ke Batubara

Jakarta, Situsenergi.com

Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama Kementerian ESDM Agung Pribadi mengatakan, ketegangan geopolitik yang terjadi di Eropa Timur antara Rusia dan Ukraina menyebabkan ketidakpastian pasokan gas.

Menurut dia, Rusia merupakan salah satu produsen gas terbesar di dunia, sehingga adanya konflik tersebut menyebabkan terjadinya kendala pasokan gas di Eropa.

“Negara-negara Eropa bahkan mulai beralih ke batubara sebagai sumber energi,” kata Agung dalam keterangannya yang dikutip di Jakarta, Selasa (08/3/2022).

Ia mengatakan, meningkatnya eskalasi ketegangan geopolitik antara Rusia-Ukraina tersebut membuat harga komoditas batubara global melambung tinggi.

“Untuk itu Kementerian (ESDM-red) telah menetapkan harga barubara acuan (HBA) sebesar USD 203,69 per ton pada Maret 2022. Atau naik sebesar USD 15,51 per ton dibandingkan harga acuan pada Februari 2022, yaitu USD 188,38 per ton,” paparnya.

Sekedar diketahui, HBA adalah harga yang diperoleh dari rata-rata Indonesia Coal Index (ICI), Newcastle Export Index (NEX), Globalcoal Newcastle Index (GCNC), dan Platt’s 5900 pada bulan sebelumnya dengan kualitas yang disetarakan pada kalori 6.322 kcal/kg GAR, total kelembaban 8,0 persen, total sulfur 0,8 persen, dan abu 15 persen.

“Harga ini nantinya akan digunakan secara langsung dalam jual beli komoditas batubara selama satu bulan pada titik serah penjualan secara free on board di atas kapal pengangkut,” tukasnya.

Lebih jauh ia mengatakan, ada dua faktor turunan yang mempengaruhi pergerakan HBA, yaitu penawaran dan permintaan. Pada faktor turunan penawaran dipengaruhi oleh cuaca, teknis tambang, kebijakan negara pemasok, hingga teknis di rantai pasok, seperti kereta, tongkang, maupun terminal pemuatan.

BACA JUGA   Tahun 2024, PTBA Sukses Cetak Laba Rp5,10 Triliun

“Sedangkan untuk faktor turunan permintaan dipengaruhi oleh kebutuhan listrik yang turun berkorelasi dengan kondisi industri, kebijakan impor, dan kompetisi dengan komoditas energi lain, seperti gas alam cair, nuklir, dan hidro,” pungkasnya.(Ert/rif)

No comments so far.

Be first to leave comment below.

Your email address will not be published. Required fields are marked *