

Karena Asian Games Implementasi BBM Berstandar Euro 4 Diberlakukan Agustus Ini
ENERGI August 9, 2018 Editor SitusEnergi 0

Jakarta, situsenergy.com
Pemerintah komitmen untuk menerapkan bahan bakar minyak (BBM) berstandar Euro 4. Selain demi lingkungan yang lebih baik, pemanfaatan BBM berstandar Euro 4 bagi kendaraan juga diyakini akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih baik.
Hal itu disampaikan oleh Asisten Deputi Kemenko Perekonomian, Dida Gardera dalam Forum Merdeka Barat (FMB) 9 di Ruang Serba Guna Kementerian Kominfo, Jakarta (9/8). Dikatakannya kebijakan ini dipastikan mulai diterapkan bulan ini (Agustus) karena adanya gelaran Asian Games. Sementara dalam Asian Games diwajibkan bagi negara yang menjadi tuan rumah harus menggunakan kendaraan-kendaraan beremisi rendah.
“Target kita 18 bulan, tapi bisa dipercepat 2 bulan, bahwa kita sudah siap BBM Euro 4. Ini optimistis, dari sisi lingkungan dan ekonomi juga positif,” ujar Dida.
Selain karena faktor Asian Games, implementasi BBM berstandar Euro 4 juga karena untuk menghadapi World Bank-IMF Meeting di Bali. Dia mengklaim bahwa industri otomotif nasional sudah menyatakan kesiapannya untuk mematuhi Peraturan Menteri (Permen) Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/3/2017 tentang Baku Mutu Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru Kategori M, N, dan O atau yang lebih dikenal dengan Standar Emisi Euro IV.
Dalam Permen LHK tersebut kendaraan bermotor baru yang dijual pada Agustus 2018 wajib memenuhi standar Euro 4. Namun demikian, mobil berbahan bakar Euro 2 masih dibolehkan beredar dan tersedia jenis bahan bakarnya. Sedangkan untuk kendaraan bermotor tipe baru dan yang sedang diproduksi berbahan bakar diesel mulai diberlakukan 10 Maret 2021.
“Jadi prosesnya tetap berjalan seperti biasa sampai nanti kilang-kilang Pertamina mampu memenuhi semua kebutuhan standar BBM Euro 4,” ujar Dida.
Dijelaskannya, dampak dari penerapan kebijakan ini dari sisi lingkungan hidup terjadi penurunan polutan dan emisi gas buang rata-rata mencapai 50 persen. Dengan demikian, produk otomotif yang dirakit di dalam negeri akan mudah masuk ke pasar ekspor. Hal ini akan membawa dampak ke ekonomi yang lebih baik.
Dia membenarkan bahwa tingkat pencemaran lingkungan akibat gas buang transportasi di kota-kota besar di Indonesia termasuk Jakarta sudah mengkhawatirkan. Ditaksir dampak dari pencemara tersebut merugikan negera hingga mencapai Rp40 triliun.
“Nilai ini akibat adanya kemacetan, pencemaran udara dan menimbulkan masalah kesehatan. Tingkat sulfur tinggi akan menimbulkan korosi dari keasaman air hujan ini jelas juga menimbulkan persoalan terhadap infrastruktur dan alat-alat mekanik elektronik,” pungkasnya. (DIN)
No comments so far.
Be first to leave comment below.