Logo SitusEnergi
Harga Minyak Anjlok Lebih dari 2,5 Persen, Brent di Angka USD 82,64 Per Barel Harga Minyak Anjlok Lebih dari 2,5 Persen, Brent di Angka USD 82,64 Per Barel
Jakarta, Situsenergi.com Harga minyak merosot, Kamis, terpukul penguatan dolar setelah Presiden AS Joe Biden mengatakan pemerintahannya sedang mencari cara untuk mengurangi biaya energi di... Harga Minyak Anjlok Lebih dari 2,5 Persen, Brent di Angka USD 82,64 Per Barel

Jakarta, Situsenergi.com

Harga minyak merosot, Kamis, terpukul penguatan dolar setelah Presiden AS Joe Biden mengatakan pemerintahannya sedang mencari cara untuk mengurangi biaya energi di tengah lonjakan inflasi yang lebih luas.

Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup anjlok USD2,14 atau 2,5 persen, menjadi USD82,64 per barel, demikian mengutip laporan  Reuters,  di New York, Rabu (10/11/2021) atau Kamis (11/11/2021) pagi WIB. Kontrak itu melesat setingginya USD85,50 pada sesi tersebut sebelum berbalik mundur.

Sementara, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate, melorot USD2,81 atau 3,3 persen, menjadi USD81,34 setelah mencapai USD84,97 per barel, tak jauh dari level tertinggi tujuh tahun yang disentuh dalam beberapa pekan terakhir.  

Minyak mentah berjangka Brent dan WTI turun tajam pada akhir sesi karena pedagang menjual aset berisiko, termasuk saham dan komoditas, didorong ekspektasi bank sentral akan mengambil langkah-langkah untuk menahan kenaikan harga.

Data inflasi konsumen Amerika, dirilis Rabu, menunjukkan harga naik pada tingkat 6,2 persen (year-on-year), laju tercepat dalam tiga dekade, dan dapat memacu Gedung Putih serta Federal Reserve untuk mengambil tindakan guna mencegahnya. Itu mendorong dolar, yang sering diperdagangkan terbalik dengan minyak.

“Tidak diragukan lagi, ada lebih banyak tekanan pada pemerintah setelah angka inflasi hari ini,” kata Phil Flynn, analis Price Futures Group. “Ada kekhawatiran yang berkembang bahwa The Fed mungkin harus bertindak lebih agresif terkait kenaikan suku bunga, sehingga membuat dolar menguat.”

Inflasi memanas karena hambatan ekonomi dari gelombang infeksi Covid-19 sepanjang musim panas mulai memudar dan kemacetan pasokan terus berlanjut. The Fed diperkirakan mencoba untuk mencegah kenaikan harga yang sedang berlangsung, yang terjadi lebih lama dari ekspektasi semula.

BACA JUGA   Pertamina Hibahkan Alat Canggih Rp800 Juta ke UMKM, Dorong Usaha Lokal Naik Kelas

Itu memicu reli dolar, yang melemahkan harga minyak karena meningkatkan biaya bagi negara lain karena minyak sebagian besar ditransaksikan dalam  greenback. 

Biden meminta Dewan Ekonomi Nasional untuk berupaya mengurangi biaya energi dan Komisi Perdagangan Federal untuk mendorong kembali manipulasi pasar di sektor energi dalam upaya yang lebih besar guna membalikkan inflasi.
“Komentar tersebut menyebabkan pasar melemah,” kata Bob Yawger, Direktur Mizuho di New York.

Secara terpisah, persediaan minyak mentah Amerika naik 1 juta barel dalam minggu terakhir, jauh dari perkiraan untuk peningkatan 2,1 juta dalam stok minyak mentah.

Sejumlah trader mengatakan harga dapat terus naik dalam beberapa bulan mendatang, tetapi mencatat juga bahwa reli yang sedang berlangsung dapat memacu lebih banyak produksi industri  shale-oil  yang akan mengimbangi permintaan.

Pasar reli dalam beberapa hari terakhir di tengah ekspektasi Organisasi Negara Eksportir Minyak, yang dipimpin Arab Saudi, bersama dengan sekutu eksportir lainnya–biasa disebut OPEC Plus–akan mempertahankan peningkatan produksi yang stabil.

Harga tinggi dapat mendorong industri  shale-oil  Amerika untuk melepaskan 1 juta barel per hari ke pasar global, kata Marco Dunand, CEO Mercuria Energy Trading.

BACA JUGA   PDSI Pastikan Operasional Tetap Normal Selama Ramadan dan Idul Fitri

OPEC Plus menolak desakan Gedung Putih untuk meningkatkan produksi. Produksi Amerika baru-baru ini mencapai 11,5 juta barel per hari, masih di bawah 13 juta barel per hari yang dicapai pada akhir 2019.

Gedung Putih mempertimbangkan kemungkinan melepaskan minyak dari Strategic Petroleum Reserve AS di tengah kekhawatiran atas kenaikan harga bensin baru-baru ini. Biasanya, Amerika merilis SPR dalam keadaan darurat, seperti badai. (SNU)

No comments so far.

Be first to leave comment below.

Your email address will not be published. Required fields are marked *