

Ferdinand Hutahaean : Aturan Soal Losses 0,5 Persen Harus Direview Ulang
OPINI March 20, 2021 Editor SitusEnergi 0

Jakarta, Situsenergi.com
Direktur Eksekutif Energy Watch Indonesia, Ferdinand Hutahaean meminta pihak manajemen PT Pertamina (Persero) untuk melakukan kajian ulang soal nilai losses yang diperbolehkan sebesar 0,5 persen dari pengelolaan dan distribusi BBM. Menurutnya, dengan ambang batas losses yang dianggapnya terlalu besar itu, dikhawatirkan justru dimanfaatkan oleh oknum-oknum tertentu untuk berbuat curang.
Pernyataan keras Ferdinand itu merujuk pada kejadian pencurian solar yang baru saja terjadi di SPM Tuban pada Minggu (15/3/2021) kemarin, yang berhasil diamankan oleh tim Dit Polairud Polri. Ia menduga, bisa saja pencurian tersebut dilakukan dengan terstruktur dan terencana, dengan memanfaatkan kelemahan sistem dan aturan di Pertamina sendiri, yang memperbolehkan nilai losses dari BBM bisa diabaikan jika di bawah 0,5 persen.
“Aturan seperti ini justru menjadi tempat berlindung bagi maling-maling yang ada di sana. Saya tidak ingin menuduh siapa-siapa, tapi jangan sampai celah ini (Losses 0,5 persen) dijadikan temoat berlindung, tempat bersembunyi dari pelaku yang memang dengan sengaja mau mengambil minyak dari Pertamina yang jika kita berbicara minyak ini pasti licin, duitnya banyak,” ujar Ferdinand dalam diskusi virtual tentang Losses yang diselenggarakan APEI, Jumat (19/3/2021) malam.
Menurut analisa Ferdinand, aturan ambang batas losses 0,5 persen ini memungkinkan tindak pencurian yang dilakukan dengan sengaja bisa diabaikan, karena aturannya sendiri memang tidak mempermasalahkan adanya kerugian kehilangan minyak, jika nilainya di bawah ambang batas diizinkan yaitu 3 persen.
“Ini yang bagi saya sangat konsen, karena apakah efisiensi 0,5 persen ini sudah diteliti secara betul oleh Pertamina sebelum menetapkan ini, karena seperti yang saya sampaikan tadi, aturan ini dibuat untuk tempat berlindung para maling,” tegasnya.
Ferdinand menduga, kejadian pencurian solar di SPM Tuban itu bukan pencurian biasa dan melibatkan aktor intelektual dibalik hal tersebut. Sebab, dari barang bukti yang ditemukan salah satunya berupa sebuah kapal tangker yang digunakan untuk menyimpan minyak curian, bukanlah sesuatu hal yang dilihat sepele.
“Inilah yang menjadi konsen kita, jangan-jangan ini telah menjadi kebiasaan dan terjadi tidak hanya disini, tapi terjadi di banyak titik dan telah menjadi biasa. Karena kalau kita lihat pencurian ini, investasinya luar biasa besar, karena investasinya adalah sebuah kapal yang harganya puluhan miliar. Jadi kalau investasi untuk mencuri saja harganya sudah sangat mahal, artinya yang dicuri tidak mungkin sedikit,” ujarnya.
Ferdinand berharap, Kepolisian mengusut tuntas kejadian ini dan tidak hanya berhenti pada pelaku pencurian saja, melainkan juga harus mengungkap siapa aktor intelektual dibalik pencurian ini.
“Karena siapa coba yang mau berinvestasi tinggi dengan resiko seperti ini, kapalnya ditangkap untuk melakukan hal seperti ini, itu tidak masuk akal,” pungkasnya. (SNU/RIF)
No comments so far.
Be first to leave comment below.