

Desa Mernek Hadapi Gagal Panen, Berhasil Bangkit Lewat Teknologi Hijau
MIGAS May 2, 2025 Editor SitusEnergi 0

Cilacap, situsenergi.com
Cuaca ekstrem dan banjir masih menjadi ancaman serius bagi ketahanan pangan Indonesia. Data BNPB mencatat, sepanjang 2023 terjadi 331 bencana banjir, menyebabkan 50.469 hektare sawah di 20 provinsi gagal panen. Salah satu yang terdampak adalah Desa Mernek, Kecamatan Maos, Kabupaten Cilacap.
Desa ini memiliki potensi besar sebagai lumbung padi lokal, dengan luas sawah mencapai 293,4 hektare. Namun, kondisi iklim yang tak menentu membuat para petani harus beradaptasi. Kepala Desa Mernek, Bustanul Arifin, bersama warganya pun mulai berinovasi lewat teknologi pertanian organik berbasis energi baru terbarukan (EBT).
Bersama Pertamina, mereka mengembangkan sistem pengering gabah Rotary Dryer berbahan bakar gas dan listrik dari panel surya. Inovasi ini, yang dikenal dengan nama Pinky Rudal, dikembangkan oleh Pertamina Patra Niaga Fuel Terminal Maos dan kini dioperasikan oleh lebih dari 2.000 petani desa. Mereka menyisihkan iuran untuk membeli Bright Gas dan biaya perawatan alat.
“Bersama mitra, kami mulai memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan produksi pangan. Dengan konsep pertanian organik berbasis pemanfaatan inovasi teknologi tepat guna dan energi baru terbarukan atau EBT,” ujar Kepala Desa Mernek, Bustanul Arifin, dalam keterangan tertulisnya, Jumat (2/5/2025).
Desa Mernek juga menjadi bagian dari program Desa Energi Berdikari (DEB) Pertamina, yang saat ini sudah diterapkan di 172 desa se-Indonesia. Sebanyak 31 desa, termasuk Mernek, fokus pada ketahanan pangan. VP Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso, menyebut desa ini sebagai contoh sukses transisi energi di pedesaan.
“Desa Mernek menjadi salah satu DEB yang telah sukses menjalankan energi transisi dan memberi manfaat bagi kelestarian lingkungan hingga memajukan perekonomian desa,” jelas Fadjar.
Hasilnya nyata. Petani Mernek kini bisa menyuplai 120 ton gabah ke distributor pangan. Kualitas panen meningkat dan harga jual naik hingga Rp300 ribu per ton. Tak hanya itu, ibu-ibu di desa juga diberdayakan melalui program hidroponik berbasis listrik tenaga surya (PLTS), menanam sayur organik di pekarangan rumah.
Mernek juga mengembangkan Kawista (Kawasan Wisata Edukasi Pertanian), mengusung konsep one-stop farming. Pengunjung bisa belajar menanam padi organik, melon hidroponik, beternak kambing, hingga praktik teknologi tepat guna.

Program DEB terbukti berdampak luas: mendukung energi bersih (TPB 7), mengurangi kelaparan (TPB 2), hingga menangani perubahan iklim (TPB 13). Pertamina berkomitmen mendorong transisi energi berkelanjutan demi target Net Zero Emission 2060, sejalan dengan prinsip ESG yang diterapkan di seluruh lini bisnisnya. (*)
No comments so far.
Be first to leave comment below.