


Jakarta, Situsenergy.com
Kementerian ESDM mendorong PT PLN (Persero) aktif untuk menggunakan Bahan Bakar Nabati dari minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO), yang dikenal sebagai Fatty Acid Methyl Esters (FAME). Selain mengurangi porsi impor Bahan Bakar Minyak (BBM), penambahan FAME pada pembangkit juga ramah lingkungan.
Menteri ESDM, Ignasius Jonan, mengatakan membangun pembangkit yang ramah lingkungan itu pilihannya dua, apakah dalam waktu singkat, menggunakan LNG yang harus membangun jetti sendiri, storage dan sebagainya atau menggunakan CPO.
“Kalau menggunakan CPO itu manfaatnya dua, satu membantu mengurangi impor BBM atau crude sehingga membantu neraca perdagangan negara. Yang kedua, membantu mengurangi dampak polusi lingkungan, karena ini renewable (energi terbarukan),” ujar Jonan dalam keterangan persnya, Jumat (26/7).
Menurut Jonan, pemanfaatan CPO untuk pembangkit ini sudah diaplikasikan di berbagai negara, salah satunya di Napoli, Italia, Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) disana bahkan sudah dapat menggunakan bahan bakar 100 persen berbasis CPO.
“Jadi kalau (Indonesia) menggunakan ini juga bisa membantu petani-petani kita. Ada 16 juta petani-petani kelapa sawit yang bergantung kepada kita dengan membantu membeli produk mereka, tetapi yang lebih penting adalah mengurangi polusi dan impor BBM,” ungkap Jonan.
Saat ini PLN telah melakukan uji coba penggantian bahan bakar pada empat pembangkit listrik dengan menambahkan biodiesel berbasis minyak sawit sesuai arahan Menteri ESDM tersebut. Keempat pembangkit yang telah diujicoba adalah Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Batakan 50 Megawatt (MW) di Balikpapan, Kalimantan Timur, PLTD Supa di Pare-Pare dengan kapasitas 62 MW PLTD Kanaan di Bontang, Kalimantan Timur dengan kapasitas pembangkit listrik sebesar 10 MW dan Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) Jayapura dengan kapasitas 10 MW di Papua.
Program mandatori BBN (bahan bakar nabati) jenis biodiesel sebagai campuran BBM jenis minyak solar pada sektor PSO, Non PSO, industri dan komersial, serta pembangkit listrik telah diluncurkan tahun lalu. Program ini dilaksanakan untuk mendukung percepatan pengembangan energi baru dan terbarukan.
“Tidak hanya mengurangi konsumsi bahan bakar fosil dan memberikan penghematan devisa melalui pengurangan impor solar, implementasi mandatori BBN diharapkan dapat memperbaiki kualitas lingkungan, membuka lapangan kerja, serta meningkatkan pemanfaatan ekonomi sawit,” ujar dia. (DIN)
No comments so far.
Be first to leave comment below.