Logo SitusEnergi
Blok Rokan, Sebuah Mimpi Yang Kenyataan Atau Hanya Fatamorgana Yang Menipu? Blok Rokan, Sebuah Mimpi Yang Kenyataan Atau Hanya Fatamorgana Yang Menipu?
Ferdinan HutahaeanDir. eksekutif Energy Watch Indonesia Sebagai anak bangsa dan bicara tentang Nasionalisme, tentu kita bangga mendengar kisah kembalinya hak milik bangsa yang dikelola... Blok Rokan, Sebuah Mimpi Yang Kenyataan Atau Hanya Fatamorgana Yang Menipu?

Ferdinan Hutahaean
Dir. eksekutif Energy Watch Indonesia

Sebagai anak bangsa dan bicara tentang Nasionalisme, tentu kita bangga mendengar kisah kembalinya hak milik bangsa yang dikelola asing selama ini ketangan Ibu Pertiwi. Terlebih dibulan kemerdekaan ini, Agustus 2021 kita akan memperingati 76 Indonesia merdeka dan tepat tanggal 9 Agustus, Chevron secara resmi menyerahkan Blok Rokan ke tangan Pertamina yang berhasil mengambil Pengelolaaan Blok Rokan dari SKK Migas setelah membayar Signature Bonus sebesar US$ 784 Juta atau sekitar Rp. 11,3 Trilliun dengan potensi pendapatan sekitar US$ 57 Miliar atau sekitar Rp. 825 Trilliun selama 20 tahun kedepan. Sebuah angka yang fantastis ditengah ketidak pastian berapa sesungguhnya cadangan terbukti yang tersisa di Blok Raksasa Rokan ini setelah sejak beroperasi telah menghasilkan sekitar 11 Miliar Barel lebih Minyak. Angka ini bahkan sangat besar dan mendominasi produksi nasional. 11 Miliar Barel tersebut setara dengan 46% produksi Nasional. Kita harus berikan tepuk tangan untuk Blok Rokan ini yang telah menyumbang minyak cukup besar selama 70 tahun meski kita sebagai bangsa hanya menikmatinya sedikit saja. Miris…!!

Benarkah sebetulnya peralihan ini karena kita benar-benar ingin mengelola sendiri? Ataukah Chevron yang berpura-pura dan justru sudah melihat masa depan yang tipis di Blok Rokan hingga tanpa upaya sedikitpun mempertahankan atau memperpanjang kontraknya di Rokan? Bahkan Chevron sudah tidak melakukan komitmen terkait kewajiban investasi dan pengeboran sumur baru. Chevron justru terlihat seperti berharap blok ini diambil saja oleh Indonesia supaya tidak jadi beban besar didepan bagi perusahaan apabila cadangan minyak habis diproduksi. Entahlah, tapi ini sangat mungkin.

BACA JUGA   Ketahanan, Swasembada, dan Kemandirian Energi?

Kita kembali kepada perhitungan dan pertanyaan yang harus terjawab secara pasti, agar pengambil alihan ini tidak jadi lelucon atau tertawaan kelak bagi kalangan oposisi secara politik. Kasihan Presiden Jokowi jadi bulan-bulanan politik jika ternyata semua hanya fatamorgana yang menipu. Dan harapan kita semua tentu ini adalah mimpi indah yang jadi kenyataan.

Yang Pertama, berapa sebetulnya cadangan terbukti Blok Rokan yang tersisa? Hingga kini rasanya tak ada data pasti tentang ini. Semua hanya prediksi dan perkiraan semata. Ada yang menduga sekitar 500 Juta Barel, ada yang bicara 1 Miliar Barel bahkan ada yang menduga-duga berlebihan hingga 2 Miliar Barel. Kita sangat bersyukur andai angka ini benar, tapi bagaimana membuktikannya? Tidak ada yang bisa memastikan.

Maka mari kita coba melihat dari proposal Pertamina yang menyatakan potensi pendapatan hingga US$ 57 Miliar.

Kalau angka potensi ini kita hitung menggunakan matematika SD ilmu pembagian, maka jika harga minyak di US$ 70 / Barel maka cadangan minyak dalam hitungan sekitar 814 Juta Barel.

Jika harga minyak di angka US$ 60 / Barel maka prediksi cadangan terbukti sekitar 950 Juta Barel.

Kita coba ambil jalan tengah dengan fluktuasi naik turunnya harga minyak mentah, kita hitung di harga US$ 65 / Barel maka cadangan, sekali lagi prediksi bukan angka pasti sekitar 876 Juta Barel. Tapi bila kita menggunakan ICP tahun 2018 sebesar US$ 67 / Barel saat Siganature Bonus dibayarkan maka perhitungan cadangan terbukti berkisar 850 Juta Barel.

BACA JUGA   Ketahanan, Swasembada, dan Kemandirian Energi?

Artinya angka-angka 1 Miliar Barel hingga 2 Miliar Barel itu jauh dari perhitungan bisnis Pertamina yang telah membayar Signature Bonus Rp.11,3 T dihitung dari potensi pendapatan sekitar Rp.825 Trilliun.

Kedua, pertanyaan yang membuat kita bingung adalah jangka waktu kontrak.
Ya, Pertamina telah menanda tangani kontrak selama 20 Tahun untuk kelola Blok Rokan.
Angka 20 Tahun ini agak aneh bin janggal jika diulas dengan menggunakan data-data yang ada.

Mari kita lihat angka cadangan terbukti Nasional saat ini yang diperkirakan sekitar 2,44 Miliar Barel dan akan habis dalam kurun waktu 9 Tahun kedepan dengan angka lifting 700 ribuan barel perhari. Bagaimana dengan Blok Rokan? Jika kita ambil prediksi jalan tengah cadangan terbukti di angka 876 Juta barel dengan produksi 160 ribu barel perhari, maka akan habis 15 tahun kedepan. Lantas 5 tahun lagi mau ngapain? Belum lagi kalau lifting harian dinaikkan maka akan semakin cepat habis, maka kontrak 20 tahun ini pun rasanya tak logis kecuali dimimpi-mimpiin cadangan hingga diatas 1 Miliar barel.

Ketiga, pertanyaan yang juga sangat mengganggu adalah, mampukah Pertamina mempertahankan angka produksi blok rokan dan tidak menurun? Jangan dulu bicara menaikkan angka lifting yang sepertinya amat sangat berat bila dilihat dari semua sisi. Rasanya ini sangat memalukan bila sampai lifting blok Rokan menurun. Namun bila melihat kesiapan Pertamina yang tampak belum siapa maksimal, akan sangat mungkin angka lifting Blok Rokan Menurun. Sangat mungkin…! Terlebih dari rencana pengeboran 161 sumur baru hingga desember 2021 tampaknya tak mungkin terkejar, apalagi tidak ada jaminan bahwa nanti sumur-sumur baru itu akan menghasilkan.

BACA JUGA   Ketahanan, Swasembada, dan Kemandirian Energi?

Keempat, mampukah Pertamina sendirian mengelola Rokan atau harus tetap bermitra dengan pihak ketiga lainnya? Ditambah lagi Permen ESDM yang baru terbit malah mengijinkan Pertamina melepas hingga 51% dengan alasan-alasan khusus yang sangat tidak jelas batasan alasannya. Ini semua semakin membuat saya curiga bahwa euforia nasionalisme ini akan segera berakhir di blok rokan dan berubah kisah memilukan, pelepasan ke swasta.

Masih banyak sesungguhnya yang harus dibahas tentang Rokan ini, tapi kalau terlalu panjang menulisnya, nanti malah jadi seperti cerita bersambung yang tak menarik. Lebih baik diakhiri supaya jadi cerita bersambung yang ditunggu.[•]

No comments so far.

Be first to leave comment below.

Your email address will not be published. Required fields are marked *