

Benarkah Masih Terjadi Pat Gulipat Mafia Migas Dalam Pembelian Minyak Mentah Oleh ISC Pertamina?
ENERGIOPINI February 1, 2019 Editor SitusEnergi 0

Oleh : Salamuddin Daeng
Kalau di sektor ketenagalistrikan dugaan pat Gulipat dilakukan melalui Harga Batubara Acuan (HBA), yang mengambil patokan harga tertinggi di pasar sekunder yakni harga batubara NewCastle, sedangkan di sektor migas dugaan modus Pat Gulipat dilakukan melalui penetapan Harga Minyak Mentah Acuan (ICP) yang di dasarkan pada harga minyak Brent tertinggi di pasar sekunder.
Modus mengambil harga tertinggi batubara dan minyak Mentah adalah modus yang paling empuk untuk memperkaya para perusahaan batubara dan perusahaan minyak melalui kebijakan pemerintah.
Penetapan harga acuan semacam ini berpotensi membangkrutkan PLN dan Pertamina. Lebih berbahaya lagi kebijakan penetapan harga acuan minyak dengan patokan harga tertinggi di dunia tersebut, berkibat harga BBM yang dijual kepada rakyat menjadi mahal.
Melalui kebijakan harga acuan minyak tertinggi tersebut, maka perusahaan negara Pertamina melalui Integrated Supply Chain (ISC) harus membeli minyak kepada perusahaan International Oil Company (IOC) dan National Oil Company (NOC) dengan harga acuan tertinggi yakni harga minyak brent di pasar sekunder.
Sama dengan harga batubara yang dibeli PLN dan Independen Power Producer (IPP).
Harga minyak mentah mahal yang dibeli oleh ISC Pertamina juga harga minyak mentah tertinggi tersebut tentu akan akan memperkaya bandar dan oligarki minyak.
Padahal harga ICP tersebut bukan harga minyak mentah sebenarnya yang ada di Indonesia. Harga acuan yang ditetapkan tersebut adalah tingkat harga untuk memberi keuntungan besar kepada perusahaan penjual batubara dan keuntungan besar kepada penjual minyak mentah, yang notabene sebagian besar adalah swasta asing.
Permainan harga ICP yang tinggi semacam ini diduga adalah modus memperkaya bandar minyak mentah dan mengeruk keuangan Pertamina dan memiskinkan rakyat.
Akibat dari penetapan ICP tertinggi maka biaya pokok Pertamina menjadi sangat mahal. Padahal katanya pasca pembubaran Petral dulu, ISC Pertamina akan memperoleh penghematan melalui pembelian minyak mentah semurah murahnya. Namun faktanya harga minyak mentah yang harus dibeli ISC Pertamina adalah harga termahal di di dunia.
Masuk akal mengapa keuntungan Pertamina semakin hari semakin merosot, padahal produksi hulu meningkat, juga penjualan BBM meningkat, juga harga jual BBM ke masyarkat naik, akan tetapi keuntungan Pertamina semakin merosot dari tahun ke tahun. Tahun 2018 diperkirakan keuntungan Pertamina kurang dari Rp. 10 triliun. Mengapa ? karena ISC Pertamina diduga membeli minyak Mentah jauh lebih mahal dari harga yang wajar. Kalau jaman dulu Petral yang diduga melakukan Markup harga pembelian minyak impor, sekarang kekuasaan membeli minyak mentah tersebut dalam genggaman ISC Pertamina. [tk/red]
No comments so far.
Be first to leave comment below.