Jakarta, Situsenergy.com
Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan (Pemprov Sumsel) telah menutup jalan umum untuk truk angkutan batubara. Para pengusaha batubara di Sumsel diminta menggunakan jalur khusus Servo Lintas Raya milik PT Titan Infra Energy.
Namun pelabuhan PT Titan dinilai tidak siap menjalankan amanah Gubernur tersebut. “Kami menilai sangat tidak siap. Ini cuma semacam proyek coba-coba saja,” ujar Juru Bicara Asosiasi Produsen Listrik Swasta Indonesia (APLSI) Rizal Calvary dalam keterangannya, Selasa (13/11) di Jakarta.
Rizal mengatakan, setiap hari bakal ada 30 petambang yang akan memakai fasilitas PT Titan. Sebanyak 2.000 truk akan berseliweran membawa 60-70 ribu ton batubara. Setiap truk kebagian rata-rata kebagian empat rit dalam sehari. Dikalikan 2.000 truk, maka ada 8.000 rit truk yang akan berseliweran masuk ke Pelabuhan Titan. Melihat kondisi ini, pelabuhan Titan tidak akan mampu menampung volume batubara yang sangat besar.
Sebab itu, Titan dinilai akan bermasalah dengan kemampuannya dalam meloading batubara sesuai jadwal para penambang. “Hal disebakan Titan tidak memilikistockpile yang bisa menampung batubara yang berasal dari 30 tambang, dimana masing-masing tambang memiliki kalori dan spek batubara yang berbeda. Titan harus punya stockpile dulu, yang bisa menampung batubara lebih dari 30 tumpukan. Belum punya kan dia,” ucap Rizal.
Permasalahan berikut, selama ini terdapat delapan pelabuhan yang menampung batubara yang diangkut truk-truk dari penambang. Bisa dibayangkan, enam ribuan truk dari delapan pelabuhan dikompres ke satu pelabuhan milik PT Titan. “Tentu akan terjadi kemacetan yang luar biasa di Lahat dan Muara Enim. Sebab, jarak yang terlalu dekat dengan tambang dan membutuhkan waktu yang lama untuk menimbang batubara yang masuk ke pelabuhan sehingga menimbulkan antrian yang panjang dan tak terkendali. Bisa chaos di lapangan,” ucap dia.
Tak hanya itu, PT Titan juga memakai pelabuhannya untuk loading batubaranya sendiri. Tentu, PT Titan akan mendahulukan jadwal laycan tongkangnya dibandingkan dengan milik para penambang lainnya. “Sehingga para penambang yang sudah menyewa pelabuhan akan kesulitan mengatur jadwal kedatangan tongkang masing-masing,” ucap Rizal. (Fyan)
Leave a comment