Logo SitusEnergi
Ancam Biota Sungai, Pencemaran Limbah Tekstil Harus Dikurangi Ancam Biota Sungai, Pencemaran Limbah Tekstil Harus Dikurangi
Jakarta, Situsenergi.com Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat setidaknya 46 persen sungai di Indonesia berada dalam kondisi tercemar berat. Di Jakarta sendiri, National Geographic (Maret,... Ancam Biota Sungai, Pencemaran Limbah Tekstil Harus Dikurangi

Jakarta, Situsenergi.com

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat setidaknya 46 persen sungai di Indonesia berada dalam kondisi tercemar berat. Di Jakarta sendiri, National Geographic (Maret, 2020) mencatat bahwa dari 57 persen sampah yang ada, 8,2 persennya merupakan limbah tekstil.

Hal ini tentu saja tidak hanya mengancam biota yang hidup di sepanjang aliran sungai, tetapi juga berbahaya bagi kesehatan. Mulai dari penyakit kulit, hingga potensi penyakit kanker, jika air yang tercemar dikonsumsi.

Tim peneliti dari Universitas Pertamina yang melihat pencemaran limbah tekstil ini terdorong untuk mencari inovasi mengatasinya. Tim peneliti yang diketuai oleh Nona Merry Merpati Mitan dan beranggotakan dosen serta mahasiswa dari Prodi Kimia, Teknik Kimia, Teknik Lingkungan dan Teknik Mesin ini mengembangkan purwarupa pengolah limbah tekstil khususnya yang digunakan dalam industri batik skala rumah tangga.

Pada tahun 2019, tim peneliti berkesempatan mengunjungi kawasan industri batik skala rumah tangga di Kota Tasikmalaya. Pada kesempatan itu, tim berkesempatan mewawancarai beberapa pengrajin batik.

“Mereka mengatakan adanya kebutuhan akan pengolah limbah cair batik agar tetap dapat menjaga kualitas air di perairan. Atas dasar itulah, dikembangkan purwarupa pengolah limbah cair batik,” kata Merry di Jakarta, Sabtu.

Menurut dia, pengolah limbah cair batik yang digagas bersama tim ini, mengguunakan teknik penyerapan dan koagulasi. Pengolah limbah ini merupakan teknologi tepat guna yang mudah digunakan oleh masyarakat pengrajin batik.

BACA JUGA   Langkah Kecil, Dampak Besar: PDSI Mulai dari Emisi Kendaraan

“Penggunaan pengolah limbah ini dapat menurunkan kadar kekeruhan air limbah. Para pelaku industri batik kecil-menengah, lanjut Merry, umumnya menggunakan pewarna sintetik yang mudah diperoleh. Namun, zat pewarna jenis ini seringkali menghasilkan limbah yang berpotensi mencemari lingkungan,” paparnya.

“Sementara, alat pengolah limbah yang tersedia di pasaran harganya sangat mahal. Kami berharap, kedepannya inovasi ini akan terus dikembangkan dan diproduksi untuk dapat membantu para pelaku industri batik kecil-menengah,” tambah Merry.

Perbaiki indeks Kualitas Lingkungan
Sementara pegiat lingkungan dari Universitas Winaya Mukti Bandung, Dr.Ir. Ishak Tan MSi mengatakan, indeks kualitas lingkungan hidup di Indonesia menunjukkan penurunan dari waktu ke waktu sehingga harus diperbaiki.

“Indeks tersebut meliputi indeks kualitas air, tanah, dan udara. Industri tekstil memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap penurunan kualitas air,” kata Ishak saat dihubungi Situsenergi.com, Sabtu (07/8/2021).

Oleh sebab itu, kata dia, upaya-upaya integratif perlu dilakukan. Selain edukasi, juga diperlukan sosialisasi dan intervensi ilmiah yang bertujuan untuk meminimalkan dampak negatif yang ditimbulkan.

“Terobosan ilmiah integratif yang berpotensi dilakukan yaitu dengan mengkombinasikan bahan pewarna alami dengan bahan pewarna kimia untuk meminimalkan dampak lingkungan,” ujarnya.

BACA JUGA   Tiket Pertamina Eco RunFest 2025 Resmi Dibuka! Siap-Siap Rebut Slot Mulai 21 Juli

“Di sisi yang lain juga diperlukan terobosan teknologi perlakuan penanganan limbah yang relatif mudah dan murah sehingga terjangkau oleh industri yang berskala kecil,” tambah Ishak.

Lebih jauh ia mengatakan, pemanfaatan bahan-bahan alami dan yang mudah tersedia di sekitar lokasi pengolahan tekstil merupakan langkah strategis ke arah tersebut.

“Tanaman kelor misalnya, sudah banyak dikenal sebagai salah satu solusi untuk meningkatkan kualitas air sehingga perlu upaya penelitian yang lebih gencar untuk mengoptimalkan pemanfaatan anugrah Tuhan tersebut,” pungkasnya.(RIF)

No comments so far.

Be first to leave comment below.

Your email address will not be published. Required fields are marked *