

Akibat Pandemi, Kinerja Krakatau Steel Loyo
ENERGI November 24, 2020 Editor SitusEnergi 0

Jakarta, Situsenergy.com
PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) menegaskan bahwa pandemi covid-19 berdampak cukup serius terhadap kinerja bisnisnya. Meluasnya pandemi tersebut ke berbagai negara membuat permintaan baja baik domestik atau internasional mengalami penurunan yang sangat signifikan. Hal itu membuat kinerja keuangan perseroan juga mengalami pukulan telak.
Direktur Utama KRAS, Silmy Karim, berkata bahwa secara umum industri baja nasional mengalami perlambatan kinerja. Dijelaskannya bahwa permintaan terhadap produk HRC/CRC (Hot Rolled Coil/Cold Rolled Coil) mengalami penurunan sebesar 40-50 persen dengan utilisasi sebesar 15-35 persen. Untuk produk Wire Rod utilisasinya hanya 20-25 persen sedangkan baja lapis seng utilisasinya sebesar 10-20 persen. Sementara itu baja lapis aluminium seng terjadi penurunan permintaan sebesar 20-30 persen dengan tingkat utilisasi di angka 20-40 persen.
“Akibat penurunan permintaan tersebut banyak operasional industri baja nasional terpukul dan mengalami kesulitan cash flow. Dampaknya tidak hanya dirasakan perseroan tapi juga industri baja internasional. Terjadi penurunan permintaan antara 20-50 persen secara rata-rata nasional dan tingkat utilisasi 10-40 persen dari kapasitas terpasang ,” tutur Silmy dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang disiarkan secara virtual, Selasa (24/11/2020).
Dia menambahkan, apabila kondisi ini terus berlangsung secara berkepanjangan, maka terdapat risiko produsen baja hilir dan produsen pengguna menutup lini produksinya karena rendahnya permintaan dan utilisasi produksi. Sehingga ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK) massal di depan mata. Jika hal itu terjadi maka industri baja nasional menghadapi masalah yang serius karena nantinya pasar domestik akan dikuasai oleh produk baja impor.
Menurutnya, apabila hal Ini sampai terjadi maka akan berdampak terhadap semakin tingginya tingkat pengangguran dan juga defisit neraca perdagangan nasional. Seperti diketahui bahwa industri logam dasar juga merupakan rumah bagi para pekerja sekitar 827,5 ribu tenaga kerja di Indonesia, dan mengalami rata-rata peningkatan ±3 persen setiap tahunnya.
“Pada kuartal II 2020 kemarin realisasi penjualan 87 ribu ton, ini turun akibat pandemi. Pada Juli – Agustus recovery dengan rata-rata penjualan 144 ribu ton per bulan. Kita berharap dan menargetkan di tahun 2021 kondisi pulih (penjualan) seperti layaknya penjualan sebelum covid,” pungkas Silmy. (DIN/rif)
No comments so far.
Be first to leave comment below.