Jakarta, situsenergi.com
Pertamina memanfaatkan COP30 di Brazil untuk memperkuat kolaborasi global dalam menekan emisi dan mempercepat transisi energi. Pada sesi diskusi “Financing Climate Action through Methane Management” di Paviliun Indonesia, perusahaan memaparkan langkah nyata yang berjalan dengan dukungan pemerintah dan mitra internasional.
Deputi Kemenko Pangan Nani Hendiarti menilai kolaborasi Pertamina bersama World Bank dan JOGMEC menjadi kunci mempercepat pengurangan metana, salah satu polutan yang paling agresif terhadap pemanasan global. Ia menegaskan pentingnya akses pembiayaan dan mekanisme berbasis risiko agar proyek penurunan metana makin feasible.

Senior Vice President HSSE Pertamina, Wenny Ipmawan, menegaskan komitmen perusahaan mendukung target net zero emission 2060. Selain ikut dalam Global Methane Pledge dan Oil and Gas Decarbonization Charter, Pertamina juga menargetkan intensitas metana 1–2 persen pada 2030. Wenny menyebut perusahaan terus menerjemahkan komitmen global itu menjadi aksi operasional, termasuk melalui fokus kebijakan pengurangan emisi.
Dukungan juga hadir dari Direktur Global World Bank Demetrios Papathanasiou dan perwakilan JOGMEC Masataka Yanita. Keduanya menilai Asia memegang peranan penting dalam bauran energi dan perlu menurunkan emisi secara agresif. JOGMEC bahkan melanjutkan pengukuran langsung di fasilitas hulu Pertamina, dari Matindok hingga Donggi serta tiga area tambahan di tahun ini.

Pertamina menegaskan akan menjaga momentum kolaborasi global untuk mempercepat dekarbonisasi, transisi energi, dan pencapaian SDGs melalui penerapan ESG di seluruh lini operasi. (*)
Leave a comment