Jakarta, situsenergi.com
PT Pertamina (Persero) terus mempercepat proyek pembangunan dan revitalisasi kilang minyak guna memperkuat ketahanan energi nasional. Melalui program Refinery Development Masterplan Program (RDMP) dan pembangunan Grass Root Refinery (GRR), Pertamina menargetkan peningkatan kapasitas produksi sekaligus pengurangan impor bahan bakar minyak (BBM) dan LPG.
Vice President Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso, menjelaskan bahwa saat ini perusahaan mengoperasikan enam kilang aktif di berbagai wilayah Indonesia, mulai dari Dumai, Plaju, Balongan, Cilacap, Balikpapan, hingga Kasim. Enam kilang ini mampu mengolah hingga 1 juta barel minyak per hari untuk menghasilkan BBM, LPG, Avtur, dan petrokimia.
Pertamina terus memperluas kapasitas pengolahan melalui revitalisasi Kilang Balongan dan Balikpapan. Sementara itu, Kilang Cilacap dan Dumai dikembangkan menjadi kilang hijau yang memproduksi bahan bakar ramah lingkungan seperti Pertamina Renewable Diesel (RD), Pertamax Green, dan Sustainable Aviation Fuel (SAF).
Sejumlah proyek besar telah rampung, termasuk Pertamina Langit Biru Cilacap (2019) dan RDMP Balongan (2022), yang meningkatkan kapasitas pengolahan menjadi 150 ribu barel per hari. Dengan peningkatan ini, Pertamina kini tidak lagi mengimpor Solar dan Avtur.

Pada 2025, RDMP Balikpapan dijadwalkan menjalani uji coba operasi pada unit baru Residual Fuel Catalytic Cracking (RFCC). Proyek ini menargetkan peningkatan kapasitas nasional menjadi 1,16 juta barel per hari, sekaligus memperbesar kompleksitas kilang hingga Nelson Complexity Index 8, agar produk yang dihasilkan setara standar Euro 5.
Tak hanya fokus pada BBM, Pertamina juga memperkuat bisnis petrokimia melalui anak usaha seperti TPPI dan Polytama Propindo. TPPI telah meningkatkan kapasitas produksi aromatik menjadi 780 ribu ton per tahun, dan kini tengah mengkaji pembangunan kompleks Olefin dengan target pasokan bahan baku plastik hingga 1,6 juta ton per tahun.

Melalui langkah ini, Pertamina optimistis bisa memperkuat industri hilir petrokimia nasional dan mengurangi ketergantungan terhadap impor. (*)
Leave a comment