

Pengejawantahan ESG Penting untuk Pastikan Kelanjutan Bisnis Dalam Jangka Panjang
MIGAS November 29, 2022 Editor SitusEnergi 0

Jakarta, Situsenergi.com
PT Pertamina (Persero) memastikan aspek Environmental, Social, and Governance (ESG) merupakan bagian penting dalam merancang bisnis perusahaan ke depan. Menurut Senior Vice President Corporate Finance Pertamina, Bagus Agung Rahadiansyah, pengejawantahan ESG sangat penting untuk memastikan berkelanjutan bisnis dalam jangka panjang di tengah transisi energi yang tidak terhindarkan.
“Keberlanjutan sebuah entitas seolah-olah hanya erat kaitannya dengan lingkungan, padahal ada ESG. ESG inilah yang menjadi peta jalan (roadmap) membentuk sustainability PT Pertamina (Persero). Implementasi ESG di Pertamina sudah dilihat publik dari ekosistem. Tiga faktor ini (ESG) menjadi tolak ukur, apakah sebuah perusahaan bisa berlanjut atau tidak. ESG juga mengukur keberlanjutan profit generation,” kata Bagus dalam webinar bertajuk Challenges of Managing Environmental, Social and Governance Issues in the Refinery Industry yang digelar Energy and Mining Editor Society (E2S) secara virtual, Senin (28/11/2022).
“Dari sisi governance apakah perusahaan mau terus menerus melakukan perbaikan terhadap tata kelolanya, sehingga membuat governance selalu dimodifikasi menjadi nilai bagi perusahaan,” sambungnya.
Lebih jauh ia mengatakan, saat ini investor dan perbankan sangat peduli dengan ESG karena tidak mau diasosiasikan dengan perusahaan yang abai terhadap tiga faktor itu, yakni ESG.
“Karena itu, ESG di Pertamina merupakan komitmen untuk mencapai nol emisi atau Net Zero Emmission (NZE) pada 2060,” tukasnya.
Menurut dia, walaupun bergerak di bisnis minyak dan gas bumi, Pertamina tetap berkomitmen untuk mencapai Net Zero Emmission (NZE) pada tahun 2060, sebagai tren dan tuntutan global. Oleh sebab itu, perusahaan energi plat merah telah merancang dua pilar.

“Pertama adalah program dekarbonisasi. Kemudian membentuk green business. Dalam hal ini, membangun bisnis energi hijau atau ramah lingkungan.” demikian Bagus Agung Rahadiansyah.
Pada kesempatan yang sama, VP HSSE PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Ganda Putra Simatupang menyatakan, pihaknya tengah menyiapkan strategi ESG yang berfokus pada 10 sustainability yang sejalan dengan SDGs dengan membuat grand plan proses bisnis hingga 2060 yang terkait NZE.
“Investor selalu mempertanyakan kinerja perusahaan terkait health and safety, dan juga komitmen pada lingkungan. Untuk itu, KPI telah melakukan perbaikan secara signifikan,” ujarnya.
Menurut Ganda, pada 2022 KPI melakukan beragam inisiatif, antara lain reduksi emisi dan dekarbonisasi, sistemisasi program keanekaragaman hayati, revitalisasi proses safety management dan ESG financing.
“Dengan implementasi strategi dan inisiatif ESG tersebut, KPI ingin menjadi perusahaan kilang dan petrokimia kelas dunia dan diakui sebagai environmentally friendly, societal responsible dan good governance company,” kata dia.
Sementara paktisi ESG yang juga Dewan Pengurus Institute of Certified Sustainability Practitioners (ICRP), Jalal yang ikut hadir sebagai pembicara mengatakan, bahwa ESG sudah dimulai sejak 2004, jadi bukan sebuah fenomena baru seperti yang dikira orang.

“ESG adalah perkembangan di keuangan berkelanjutan sejak 18 tahun lalu yang menekankan pada isu sosial, tata kelola yang material terhadap keuntungan perusahaan,” ucapnya.
Lebih jauh ia mengatakan, bahwa ESG merupakan sustainable finance 3.0, yakni cara mendapatkan keuntungan melalui lingkungan, sosial, dan tata kelola. Karena itu, ESG selalu dikaitkan dengan keberlanjutan. “Padahal ESG adalah analisis tehadap aspek lingkungan, sosial dan tata kelola terhadap finansial perusahaan,” ungkapnya.
Ia menyebutkan, bahwa di industri migas, penerapan ESG terbukti menguntungkan, sehingga disambut dengan baik. Bahkan, jika dikelola dengan baik, pengelolaan risiko sangat menonjol. Ke depan, lansekap energi bisa diurus dengan baik, dan itu yang menyebabkan perusahaan migas sangat cenderung pada ESG.
“Sangat penting untuk semua perusahaan migas mempunyai kesadaran transisi energi yang adil, termasuk untuk melindungi pekerja dan masyarakat. Dan ini menjadi tugas besar bagi petinggi perusahaan karena peran ESG ada di manajemen puncak. ESG itu seperti fenomena gunung es, karena dibawahnya masih banyak yang harus diperbaiki. Jadi jangan berpuas dulu kalau saat ini posisi PSG mendapat peringkat,” pungkasnya.
Sementara Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro yang juga hadir pada kesempatan tersebut menjelaskan bahwa ESG akan menjadi beban tambahan (additional cost), namun dalam aspek keberlanjutan sangat bagus.
“Kita perlu aware, ada konsekuensi yang perlu ditanggung kalau kita ingin baik. Hidup sehat itu bagus, tapi perlu ditanggung oleh vitamin vitamin yang tentunya perlu biaya cukup besar,” pungkasnya.(Ert/SL)
No comments so far.
Be first to leave comment below.