Logo SitusEnergi
Indonesia Butuh Investasi USD 25 M untuk Transisi Energi Menuju Perubahan Iklim Indonesia Butuh Investasi USD 25 M untuk Transisi Energi Menuju Perubahan Iklim
Jakarta, Situsenergi.com Indonesia hingga saat ini masih membutuhkan investasi sekitar 25 miliar dolar AS per tahun untuk transisi energi menuju net zero emission pada... Indonesia Butuh Investasi USD 25 M untuk Transisi Energi Menuju Perubahan Iklim

Jakarta, Situsenergi.com

Indonesia hingga saat ini masih membutuhkan investasi sekitar 25 miliar dolar AS per tahun untuk transisi energi menuju net zero emission pada 2060. Komitmen dan target itu bisa tercapai melalui kolaborasi yang kuat antara sektor swasta dan publik serta pihak internasional untuk membangun lingkungan hijau.

Hal ini disampaikan Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia Arsjad Rasjid dalam keterangan tertulisnys di Jakarta, Jumat (19/8/2022).

“Indonesia terbukti memiliki potensi energi terbarukan yang sangat besar di pembangkit listrik tenaga air, panas bumi, angin dan tenaga surya dan itulah jalan kami harus memilih. Indonesia adalah masa depan energi terbarukan pemasok terbesar di Asia Tenggara dan dunia,” paparnya.

Lebih jauh Arsjad mengatakan, KADIN Indonesia sebagai perwakilan dunia bisnis memiliki peranan sentral untuk membantu mendorong Indonesia mencapai komitmen Nationally Determined Contribution (NDC) dan berkomitmen untuk menjadi Net Zero Organization pada 2060.

“Terkait inisiatif Net Zero, KADIN Indonesi memiliki Net Zero Hub yang berperan sentral untuk mengajak setiap perusahaan, terutama perusahaan-perusahaan pemimpin di Indonesia, untuk turut membuat komitmen nol emisi,” ujarnya.

BACA JUGA   PLN Percepat Pengembangan Hidrogen Hijau, Dukung Swasembada Energi Nasional

Ditambahkan, transisi energi harus dilakukan dalam upaya menghindari dampak dari perubahan iklim yang mengakibatkan bencana global.

Transisi energi, lanjut dia, sedang berlangsung di seluruh dunia yang ditandai dengan pergeseran besar dari bahan bakar fosil ke sumber terbarukan.

“Namun terdapat kesenjangan pembiayaan antara negara maju dan berkembang dalam upayanya mengatasi perubahan iklim,” kata Arsjad.

Menurut dia, kesenjangan pembiayaan dalam mengatasi dampak perubahan iklim tersebut perlu diatasi melalui kolaborasi bersama antara negara maju dengan negara berkembang.

Selain persoalan pembiayaan, lanjutnya, transfer pengetahuan dan teknologi juga diperlukan untuk membangun kapabilitas dan adopsi teknologi baru dalam bidang energi hijau serta digitalisasi di negara-negara berkembang.

“Oleh karena itu, Kadin mengajak semua pihak untuk ambil bagian dalam pengembangan ekonomi dan menahan laju emisi yang kian hari makin memprihatinkan,” tukasnya.

KADIN Net Zero Hub, kata dia, akan memiliki tiga aspek kunci yakni sebagai inisiatif strategis KADIN, sebagai pusat publikasi KADIN terkait net zero.

“Ketiga sebagai jembatan antara dunia usaha dengan pemerintah untuk mencapai net zero, sekaligus peluang untuk menciptakan nilai tambah,” ujarnya.

Sebelumnya B20 Indonesia Energy, Sustainability and Climate Task Force (ESC TF) telah menekankan pentingnya mempercepat transisi ke penggunaan energi yang berkelanjutan sebagai faktor kunci dalam mencegah bencana pemanasan global dan perubahan iklim.

BACA JUGA   Mau Jadi Pelaut Profesional? Cek Program Beasiswa dari PIS Ini!

Chair B20 Indonesia Shinta Kamdani saat membuka side event ESC TF, Rabu (10/8) lalu mengatakan terus mendorong kolaborasi dalam menyongsong transisi energi yang adil untuk mencapai satu visi pertumbuhan ekonomi yang adil dan inklusif dan berkelanjutan.

“Perlu kolaborasi yang kuat antara sektor publik dengan sektor swasta di seluruh dunia untuk memitigasi kendala dan kekhawatiran dalam transisi energi termasuk akses ke energi bersih, dukungan pendanaan dan teknologi,” pungkasnya.(Ert/SL)

No comments so far.

Be first to leave comment below.

Your email address will not be published. Required fields are marked *