Home OPINI Cegah Pertamina Merugi, EWI: Harga Pertalite Harus Naik
OPINI

Cegah Pertamina Merugi, EWI: Harga Pertalite Harus Naik

Share
Ferdinand Hutahaean Ajak Masyarakat Doakan Korban Kebakaran Terminal BBM Plumpang Pertamina
Direktur Eksekutif Energy Watch Indonesia (EWI), Ferdinand Hutahaean
Share

Jakarta, Situsenergi.com

PT Pertamina (Persero) terpaksa harus menanggung beban atas penjualan Pertalite saat ini. Pasalnya, biaya produksi dari Pertalita sangat tinggi tetapi dijual dengan harga di bawah keekonomian dengan selisih sangat besar, sekitar Rp 3 ribu per liter.

“Hal itu terjadi karena harga sekarang masih dihitung dengan menggunakan ICP sekitar USD 45. Sedangkan di sisi lain, harga minyak dunia terus naik, bahkan tergolong tertinggi, dengan dua kali melampaui harga ICP,” kata Direktur Eksekutif Energy Watch Indonesia (EWI) Ferdinand Hutahaean di Jakarta, Rabu (27/10/2021).

Menurut Ferdinand, jika harga BBM terus dipertahankan di bawah harga keekonomian, maka pada titik tertentu Pertamina dipastikan akan mengalami kerugian.

“Keuangan mereka akan tergerus untuk menutupi kerugian-kerugian yang terjadi akibat penjualan BBM yang tidak sesuai dengan harga keekonomian,” ujarnya.

Untuk itu kata dia, harga Pertalite harus dinaikkan sebab jika Pertamina terus menjualnya dengan harga saat ini, akan berdampak buruk bagi keuangan perseroan tersebut, bahkan berpotensi merugi besar.

“Harga Pertalite harus dinaikkan. Apalagi harga jual BBM Pertamina masih berada di bawah harga BBM milik asing. Jika tidak, akan berdampak buruk dan memukul keuangan Pertamina. Karena dari setiap liter Pertalite yang dijual, Pertamina menanggung kerugian terus-menerus,” paparnya.

Menurut dia, jika BUMN migas itu merugi, maka berpotensi mengurangi kontribusi Pertamina ke kas negara dan juga masyarakat.

“Padahal pada tahun lalu Pertamina menyumbang hampir Rp 200 triliun kepada keuangan negara. Selain itu dalam masa pandemi, kontribusi perusahaan juga sangat banyak, termasuk di antaranya, membangun rumah sakit khusus Covid-19 dan penyaluran oksigen medis,” jelasnya.

Ia menambahkan, jika sudah mengalami kerugian, BUMN ini akan sulit menutupi biaya operasional yang pada akhirnya akan menjadi beban bagi pemerintah.

“Jadi saya pikir harus dipertimbangkan untuk menaikan harga BBM, apakah sesuai harga keekonomian atau setidaknya mendekati. Tetapi momennya juga harus tepat,” ujarnya.

Sebelumnya, Direktur Pembinaan Usaha Hilir Migas Kementerian ESDM, Soerjaningsih menyatakan bahwa Pertamina menanggung kerugian Rp3.350 ribu per liter terhadap penjualan Pertalite.

“Ini karena harga keekonomian Pertalite (RON 90) sebenarnya sudah berada di atas Rp11 ribu per liter, sementara Pertamina masih menjual jauh di bawah harga tersebut, yaitu Rp 7.650 per liter,” katanya.(Ert/rif)

Share

Leave a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Articles

Antara Pertalite dan RON95 [2]

oleh : Prof Dr Ir Andi N Sommeng DEA Harga BBM adalah...

Plus Minus Dominasi IPP dalam RUPTL 2025-2034

Oleh : M. Kholid SyeiraziCenter for Energy Policy RUPTL 2025-2034 merencanakan tambahan...

Membangun Jembatan Fiskal Indonesia: Dari Ekonom Murni ke Insinyur-Ekonom

Oleh : Andi N Sommeng Pergantian menteri keuangan dari Sri Mulyani Indrawati...

Reaktor Nuklir Mini, Ambisi Maksimal: SMR dan Ketahanan Energi yang Masih Dalam Draft

Oleh: Andi N Sommeng(Guru Besar UI, Pemerhati Kebijakan Invensi Teknologi dan Energi-Mantan...