Home ENERGI Stok BBM AS Melimpah, Harga Minyak Kembali Terjerembab
ENERGI

Stok BBM AS Melimpah, Harga Minyak Kembali Terjerembab

Share
Share

Tokyo, situsenergy.com

Harga minyak melemah pada awal perdagangan Kamis, setelah persediaan minyak mentah, bensin dan minyak pelumas AS meningkat lebih besar dari ekspektasi, memukul harapan pemulihan permintaan dari penguncian virus corona.

Penurunan tersebut memperpanjang kerugian sejak Rabu karena ketidakpastian tentang komitmen Rusia terhadap pengurangan produksi minyak yang dalam menjelang pertemuan Organisasi Negara Eksportir Minyak dan sekutunya, dikenal sebagai OPEC +, pada 9 Juni.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), patokan Amerika Serikat, merosot sebanyaknya 5% ke posisi USD31,14 per barel, dan menyusut 3%, atau 97 sen, menjadi USD31,84 per barel pada pukul 07.19 WIB, demikian laporan Reuters, di Melbourne, Kamis (28/5/2020).

Sementara itu, patokan internasional, minyak mentah berjangka Brent, terakhir diperdagangkan anjlok 2,3%, atau 78 sen, menjadi USD33,96 per barel.

Data dari kelompok industri American Petroleum Institute menunjukkan stok minyak mentah Amerika naik 8,7 juta barel dalam pekan hingga 22 Mei, dibandingkan ekspektasi analis untuk penarikan 1,9 juta barel.

Stok bensin meningkat 1,1 juta barel, lebih dari 10 kali kenaikan yang diperkirakan analis, dan persediaan solar serta minyak pemanas melesat 6,9 juta barel, hampir empat kali lipat dari estimasi.

“Ini hanya menunjukkan bahwa pemulihan permintaan sedang mengalami kemajuan tetapi belum cukup kuat untuk benar-benar berkelanjutan,” kata Kepala Riset Komoditas National Australia Bank, Lachlan Shaw.

Selanjutnya, pasar akan mencermati apakah data dari Badan Informasi Energi Amerika, yang dirilis Kamis waktu setempat, Jumat (29/5/2020) pagi WIB, akan cocok dengan data API.

Shaw mengatakan minyak mentah juga melemah di tengah skeptisisme tentang kuatnya hubungan Rusia dengan Arab Saudi, bahkan setelah Presiden Rusia Vladimir Putin dan Pangeran Mahkota Saudi Mohammed bin Salman menyepakati lebih lanjut “koordinasi erat” terkait pemotongan produksi minyak.

Dengan WTI bertahan di atas USD30 per barel, OPEC + akan mencermati apakah produsen shale-oil Amerika–memiliki titik harga yang impas dalam kisaran USD20 dan USD30–meningkatkan produksi.

“Ada risiko bahwa kita melihat sumur-sumur yang telah ditutup mulai berbalik dan kita melihat lebih banyak pasokan kembali ke pasar,” kata Shaw. (SNU)

Share

Leave a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Articles

Elnusa Perkuat Produksi Migas Nasional Lewat Teknologi Coiled Tubing

Jakarta, Situsenergi.com PT Elnusa Tbk terus menunjukkan peran strategisnya dalam mendukung peningkatan...

Waskita Karya Infrastruktur Lepas Saham di Waskita Sangir Energi Rp179,9 Miliar

Jakarta, situsenergi.com PT Waskita Karya Infrastruktur (WKI) resmi melepas kepemilikan sahamnya di...

ESDM Bekukan 190 Izin Tambang, ESG Jadi Syarat Mutlak di Industri Minerba

Jakarta, situsenergi.com Penerapan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) semakin mendapat perhatian...

Astra Perkuat Transisi Energi, Targetkan 50 Persen Energi Terbarukan pada 2030

Jakarta, Situsenergi.com Astra melalui PT Energia Prima Nusantara (EPN), yang bergerak di...