Home ENERGI Cegah Penurunan Alamiah, Pertamina Intensifkan Pengeboran Di Blok Mahakam
ENERGI

Cegah Penurunan Alamiah, Pertamina Intensifkan Pengeboran Di Blok Mahakam

Share
Pekerja beraktivitas di RIG Maera saat pengeboran sumur di masa transisi alih kelola ke PT Pertamina Hulu Mahakam, di South Tunu, Blok Mahakam, Kalimantan Timur, Senin (7/8). PT Pertamina Hulu Mahakam telah ditunjuk pemerintah menjadi pengelola wilayah kerja Blok Mahakam yang berlaku efektif 1 Januari 2018, setelah berakhirnya masa kontrak Production Sharing Contract (PSC) Mahakam dalam pengelolaan Total E&P Indonesie pada akhir 2017. ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/kye/17
Share

Jakarta, Situsenergy.com

Sebagai upaya menekan laju penurunan alamiah atas Blok Mahakam di Kalimantan Timur, PT Pertamina (Persero) melalui anak usaha PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM) secara agresif melakukan pengeboran. Dari target pengeboran tahun ini sebanyak 118 sumur, hingga kini baru terealisasi 52 sumur.

Direktur Hulu Pertamina, Dharmawan H Samsu menjelaskan sejak mengelola WK (Wilayah Kerja) Mahakam, Pertamina menggenjot operasi untuk menahan laju penurunan alamiah produksi yang pada 2017 telah mencapai 57 persen. Angka tersebut saat ini berhasil ditekan Pertamina pada level 25 persen dan upaya terus dilakukan secara maksimal melalui pengeboran sesuai rencana.

“Kami terus melanjutkan pengeboran 118 sumur hingga akhir 2019 ini, sehingga diharapkan in-year decline rate bisa ditahan flat, sekaligus mulai mempersiapkan pengeboran sumur eksplorasi dalam di 2020,” kata Dharmawan dalam keterangannya, Selasa (16/7).

Sejak 2018, Pertamina berhasil memproduksi gas sekitar lima persen di atas prediksi operator sebelumnya pada blok tersebut. Bahkan, untuk 2019, Pertamina menargetkan produksi Mahakam lebih tinggi dari proposal operator sebelumnya.

“Target ini cukup menantang mengingat tingkat maturasi yang cukup tinggi dari zona produksi eksisting sehingga kontribusi produksi Mahakam saat ini datang dari kantung-kantung reservoir yang lebih kecil dengan jarak antarsumur lebih dekat,” sambungnya.

Selain itu, masih Dharmawan, value creation harus dilihat dari berbagai sisi, tidak hanya volume tapi juga efisiensi. Pada 2018, Pertamina berhasil menurunkan biaya cost recovery Blok Mahakam dari 1.271 juta dolar AS menjadi 973 juta dollar AS pada 2018, sehingga berimbas kepada laba Perusahaan.

“Pengeboran di area swamp juga lebih efisien yakni dari 11 hari menjadi hanya 6 hari, sehingga biayanya juga turun,” ujarnya.

Dharmawan meyakini bahwa manajemen biaya juga menjadi salah satu kunci meningkatkan hasil, di samping dibutuhkan pula terobosan berupa eksplorasi baru. “Pengalaman mengelola Blok Mahakam memberikan wawasan bahwa investasi pada masa transisi sangat penting,” tutupnya.

Sebagai informasi, untuk menjaga tingkat kewajaran produksi yang telah memasuki periode penurunan alamiah sejak 2010 maka satu tahun sebelum alih kelola, Pertamina melakukan intervensi pendanaan untuk pengeboran di 15 sumur WK Mahakam yang diproduksikan di 2018. Hal ini dilakukan karena berdasarkan hasil evaluasi,  terjadi penurunan investasi sumur di tahun 2016 menjadi 44 sumur dan di 2017 menjadi 6 sumur. (DIN)

Share

Leave a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Articles

Elnusa Perkuat Produksi Migas Nasional Lewat Teknologi Coiled Tubing

Jakarta, Situsenergi.com PT Elnusa Tbk terus menunjukkan peran strategisnya dalam mendukung peningkatan...

Waskita Karya Infrastruktur Lepas Saham di Waskita Sangir Energi Rp179,9 Miliar

Jakarta, situsenergi.com PT Waskita Karya Infrastruktur (WKI) resmi melepas kepemilikan sahamnya di...

ESDM Bekukan 190 Izin Tambang, ESG Jadi Syarat Mutlak di Industri Minerba

Jakarta, situsenergi.com Penerapan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) semakin mendapat perhatian...

Astra Perkuat Transisi Energi, Targetkan 50 Persen Energi Terbarukan pada 2030

Jakarta, Situsenergi.com Astra melalui PT Energia Prima Nusantara (EPN), yang bergerak di...