3 Tahun Terakhir Raih 23 Kontrak Migas Baru, Eksplorasi Migas Makin Diminati

Jakarta, situsenergi.com

Direktur Pembinaan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Ariana Soemanto mengatakan, dalam tiga tahun terakhir ini minat investor masuk ke eksplorasi cukup tinggi, di mana ada 23 kontrak migas baru, termasuk 2 yang ditandatangani beberapa hari ini yaitu blok Amanah dan Melati.

“Saat ini ada tabungan eksplorasi sekitar Rp 4,3 triliun dan Rp 11 triliun untuk pengembangan,” kata Ariana dalam keterangannya yang dikutip di Jakarta, Rabu (16/10).

Menurutnya, fokus area eksplorasi ke depan adalah di wilayah timur yang terdapat di 5 area yaitu Buton, Timor, Seram, Aru dan Papua. Sedangkan untuk wilayah barat, fokusnya ada di Sumatera Utara, Sumatera Selatan dan Jawa Timur.

“Di wilayah timur sudah ada sekitar 5 join study, dan ada 1 yang jadi blok migas baru. Untuk wilayah barat, ada 1 yang sudah mulai mengarah ke joint study.  Adanya Tim Kepmen Eksplorasi, saat ini dari barat hingga timur, memiliki 34 joint study,” kata Ariana.

“Bahkan upaya Pemerintah untuk mempercepat dukungan terhadap eksplorasi hulu migas yang sudah dilakukan antara lain Fleksibilitas PSC, split sampai 50%, Bank garansi yang lebih murah, penawaran langsung tanpa joint study, perubahan komitmen eksplorasi ke area terbuka, tambahan periode eksplorasi dan penambahan masa periode pasca POD 1,” pungkasnya.

Sementara Deputi Eksplorasi Pengembangan dan Manajemen Wilayah Kerja SKK Migas Benny Lubiantara menyatakan, bahwa eksplorasi yang lebih masif membutuhkan dukungan regulasi yang lebih kuat.

Menurutnya, saat ini kebanyakan proyek yang ada di long term plan (LTP) tidak ekonomis, dengan demikian jika ingin hasil eksplorasi dapat diproduksikan maka butuh payung hukum yang kuat yaitu penyelesaian RUU Migas.

“Industri hulu migas membutuhkan terobosan-terobosan agar ada split yang lebih bagus, jika ada kegiatan di open area kenapa tidak beri kemudahan-kemudahan,” kata Benny dalam keterangannya yang dikutip di Jakarta, Rabu.

Terkait upaya mempercepat penemuan menjadi produksi, menurut Benny saat ini dari aspek teknis dan non teknis, hambatan dan tantangan terbesar adalah faktor non teknis. Dia menyampaikan bahwa untuk urusan teknis bisa dipercepat, seperti saat ini dalam hitungan bulan plan of development (POD) sudah bisa diselesaikan. Tetapi untuk non teknis seperti perizinan, amdal dan lainnya penyelesaiannya tidak dapat diprediksi.

“Akibatnya meskipun POD sudah disetujui, sering proyek itu delay terus tidak onstream penyebabnya umumnya di perizinan, amdal, pengadaan yang lama, dukungan pemerintah di daerah yang lama. Ketika sekali molor proyek tersebut, maka dipastikan pencapaian target LTP juga akan mundur,” tutup Benny.

Direktur Eksplorasi Pertamina Hulu Energi Muharram Jaya Panguriseng menambahkan bahwa Pertamina terus melakukan kegiatan eksplorasi secara masif dan agresif. Namun demikian, peningkatkan produksi kontribusi eksplorasi tetap yang paling utama dan signifikan.

Menurutnya, Pertamina telah meningkatkan target penemuan migas, di mana lokasi yang masuk kategori mature, dari statistik 10 tahun terakhir, hanya sekitar 10 MMBOE. Dalam 2 tahun terakhir PHE telah tingkatkan menjadi 15 MMBOE di tahun ini. Untuk tahun 2025 bahwa hanya prospek diatas 30 MMBOE yang di bor.

“Kami juga melakukan cara-cara yang out of the box, ditempat yang lama dijalankan dengan cara baru. Kita baru saja discovery di sumur Astrea Rokan yaitu 3.000 BOPD per hari tanpa air, 100% adalah minyak,” imbuh Muharram.

Lebih jauh ia mengatakan, bahwa strategi kedua yang dilakukan adalah strategi untuk bertumbuh, ibaratnya ketika ditargetkan mencari paus maka harus di laut dalam dan bukan di kolam.

“Saat ini Pertamina agresif di WK baru salah satunya di Sulawesi dan akan terus melakukan itu di area frontier yang potensial lainnya,” ujar dia.(Ert/SL)